Sabtu 28 Mar 2015 20:52 WIB

HTI Klaim Ingin Luruskan Hukum Syariah

Rep: C13/ Red: Ilham
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi unjukrasa menolak kontes Putri Indonesia di depan kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, Jumat (20/2).   (Republika/Tahta Aidilla)
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi unjukrasa menolak kontes Putri Indonesia di depan kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, Jumat (20/2). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ormas Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muslimah mengadakan Konferensi Perempuan Internasional di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/3). Konferensi yang bertemakan ‘Perempuan dan Syariah: Memisahkan Realita dari Fiksi’ ini bertujuan agar hukum Islam bisa diluruskan pemahamannya di masyarakat dunia terutama Indonesia.

“Alasan penamaan tema yang menyebutkan memisahkan ‘realita dan fiksi’ ini karena kita ingin meluruskan hukum syariah yang selama ini dipahami umat Islam,” ujar Anggota Divisi Pusat HTI kawasan Asia Tenggara, Fika Komara saat Konferensi Pers, Sabtu (28/3).

 

Fika menjelaskan, selama ini telah terjadi perdebatan hukum-hukum syariah Islam di dunia dan Peraturan Daerah (Perda) Syariah seperti di Aceh. Menurutnya, banyak pihak yang menganggap negatif dan menolak hukum Islam yang selama ini telah diterapkan di sejumlah wilayah, baik di dunia maupun Indonesia.

 

Fika juga mengungkapkan alasan yang membuat banyak kalangan menolak hukum syariah diterapkan. Menurutnya, media sekuler menjadi salah satu penyebab pandangan negatif terhadap Islam, terutama hukum Islam selama ini. Ia menegaskan, media-media pers sekuler sering memberitakan hal-hal yang negatif mengenai hukum Islam.

“Misalnya, salah satu media Australia pernah membuat berita ihwal wanita yang diperkosa kemudian dihukum cambuk oleh salah satu wilayah yang menerapkan hukum cambuk,” ujar Fika. Menurutnya, pemberitaan media tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada di lingkungan kejadian. Ia menegaskan, media tersebut telah menggunakan satu sisi pemberitaan yang jelas telah memperburuk citra Islam.

“Maka dari itu, kita akan berusaha untuk menjelaskan fakta yang ada bahwa hukum Islam tidak seperti media gambarkan. Itu semua fiksi,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement