Jumat 27 Mar 2015 02:42 WIB

Kreatif Membangun Generasi Cinta Alquran

Rep: c13/ Red: Damanhuri Zuhri
Ustaz Bobby Herwibowo (bertopi) tengah memandu acara #hafizhonthestree di kawasan car free day
Foto: dok.askaar kauny
Ustaz Bobby Herwibowo (bertopi) tengah memandu acara #hafizhonthestree di kawasan car free day

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Awan mendung pada langit sore tidak menyurutkan semangat puluhan orang menghadiri acara di Masjid Asy-Syarief, Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan.

Mereka hendak mengikuti acara kajian Alquran bertema Generasi Cinta Qur'an Kelompok Remaja Islam BSD (Karib).

 

Di acara tersebut hadir anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki. Semua tampak asyik dengan aktivitas beraroma ibadah.

Anak-anak dari Yayasan Arsyika, Tangerang Selatan, misalnya, unjuk kemampuan melantunkan ayat suci Alquran dan terjemahan. Beberapa anak lainnya tampak asyik melantunkan shalawat dengan musik marawis. Semua yang hadir terpana.

Yayasan Arsyika memang lembaga pendidikan nonformal yang ikut berkontribusi membangun kecintaan generasi muda Islam terhadap Alquran. “Semua itu anak-anak kami,” ungkap Ketua Yayasan Arsyika Tien Abdullah kepada Republika.

Tien Abdullah mengungkapkan, membangun rasa cinta Alquran di dalam diri anak-anak bukan hal gampang. Menurutnya, butuh strategi dan kesungguhan untuk mencapainya.

Tien mengungkapkan, yayasannya menggunakan dua metode untuk menanamkan rasa cinta Alquran di dalam diri anak-anak. Metode itu adalah kamaly dan tamyiz.

Metode kamaly merupakan cara belajar membaca Alquran cepat dan ringan. Sedangkan, metode tamyiz berkenaan dengan cara mudah dan cepat menerjemahkan ayat Allah SWT ini. “Kita biasa melakukannya dengan cara bernyanyi,” kata anggota polisi wanita ini.

Sekarang ini, kata Tien, kecintaan generasi muda terhadap Alquran cukup memprihatinkan. Tidak banyak anak-anak maupun pemuda yang senang membaca, apalagi mempelajari Alquran. Padahal, Alquran merupakan pedoman hidup umat Islam. “Menyedihkan sekali keadaannya,” ungkap wanita berjilbab ini.

Tien menyebut salah satu hasil survei tentang kondisi umat Islam di Palu, Sulawesi Tengah. Menurut Tien, 80 persen anak Palu tidak bisa membaca dan menulis Alquran. Survei sendiri dilakukan tiga tahun lalu oleh salah satu institut Islam di sana.

 

Kondisi umat Islam di Palu cukup menjadi alasan membuat umat Islam prihatin. Sebab, kata Tien, Palu merupakan basis agama Islam yang cukup besar di Pulau Sulawesi.

Dia berharap kegiatan menanamkan cinta Alquran yang dilakukan yayasannya bisa memberi manfaat. Sementara, Pimpinan Yayasan Askar Kauny Ustaz Bobby Herwibowo mengatakan, kecintaan generasi muda terhadap Alquran masuk fase kritis.

Ustaz Bobby mengungkapkan, berdasarkan riset Institut Ilmu Qur'an Jakarta pada 2012, sekitar 70 persen umat Islam Indonesia tidak bisa membaca dan menulis Alqur'an dengan baik.

“Dan, itu sudah tiga tahun yang lalu,” ungkap Ustaz Bobby. Umat Islam dan para ulama harus bekerja sama menemukan metode kreatif agar ajaran Alquran membumi di Indonesia.

Republika sempat menyaksikan bagaimana Ustaz Boby mengajarkan metode hafal Alquran. Ketika itu, para peserta kajian diajari menghafal surah ar-Rahman ayat 5 hingga 8 beserta terjemahannya.

Dalam pengamatan Republika, sejumlah peserta yang hadir di acara tersebut tampak gembira dan menikmati setiap ayat yang mereka pelajari. Bahkan, dalam beberapa kali pengulangan, banyak peserta kajian yang terlihat mampu menguasai sejumlah ayat tersebut.

Teknik gerakan tangan merupakan cara yang digunakan Ustaz Bobby saat mengajar Alquran kepada para peserta. Metode menghafal ini diawali dengan bimbingan terlebih dahulu yang dilakukan Ustaz Bobby kepada mereka.

Misal, ketika Ustaz Bobby menerangkan kutipan kata dalam sebuah ayat, yakni miiizaan, dalam waktu bersamaan dia juga merentangkan kedua tangannya ke samping. Gerakan tangan tersebut mengartikan kata miiizaan yang bermakna timbangan dalam bahasa Arab.

Menurut Ustaz Bobby, selama ini umat Islam selalu belajar mengaji dengan metode lama. Misalnya, belajar mengaji dengan suasana serius yang memerhatikan makhraj, tajwid, dan sebagainya. Kondisi tersebut justru akan membuat suasana yang membosankan.

Jika ini terjadi, umat pun akan berusaha menghindar saat diajak belajar mengaji. “Metode dengan sambil bernyanyi atau gerakan tangan bisa menjadi strategi untuk mempelajari Alquran lebih mudah dan mengasyikkan,” ungkap Ustaz Bobby.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement