Kamis 05 Mar 2015 20:53 WIB

Umat Islam-Buddha Harus Kompak Tangani Konflik

Rep: Heri Purwata/ Red: Agung Sasongko
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)
Foto: www.cathnewsindonesia.com
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bambang Cipto mengemukakan 'Pernyataan Yogyakarta' yang dihasilkan dari  ‘Summit of Buddhist and Muslim Leaders’ di Yogyakarta dan Borobudur merupakan langkah besar bagi kerukunan Muslim dan Budha. Tetapi pertemuan ini harus ada tindak lanjutnya, agar kerukunan kedua agama, Muslim dan Budha terus hangat.

“Saya pikir ini merupakan langkah maju untuk menciptakan kerukunan beragama di antara Muslim dan Budha yang diprakarsasi MUI dan Walubi. Namun pertemuan jangan hanya sampai di sini, melainkan harus ada kesinambungan agar hubungan antara Muslim dan Budha terus hangat,” kata Bambang Cipto yang mengikuti pertemuan tersebut kepada ROL di Yogyakarta, Kamis (5/3).

Dalam 'Pernyataan Yogyakarta', kata Bambang, juga mendorong negara-negara yang tergabung dalam pertemuan khususnya, dan negara-negara di dunia pada umumnya agar sesegera mungkin mengatasi konflik--jika di negara tersebut ada konflik antara Buddha dan Muslim. Sehingga konflik tidak berkepanjangan dan segara dapat dicari akar permasalahan untuk pemecahannya.

Sebelumnya, tokoh pemuka agama Islam dan Budha dari 15 negera menggelar pertemuan puncak di Yogyakarta dan Borobudur Magelang, Jawa Tengah, Selasa dan Rabu  (3-4/3). Pertemuan diberi nama ‘Summit of Buddhist and Muslim Leaders’ dengan tema ‘Overcoming Extremism and Advancing Peace with Justice.’

Pertemuan ini telah menghasilkan kesepakatan yang diberi nama 'Pernyataan Yogyakarta'. Di antaranya, berisi menolak penyalahgunaan agama untuk mendorong diskriminasi dan kekerasan, serta menyerukan melawan interpretasi dan aksi keagamaan yang ekstrim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement