Rabu 04 Mar 2015 13:46 WIB

Menepis Islamofobia dengan Syiar As-Salam

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri (kedua kanan), Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Masdar Farid Mas’udi (tengah) berbincang saat menghadiri Maulid Nabi SAW di Jakarta, Selasa (20/1). (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri (kedua kanan), Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Masdar Farid Mas’udi (tengah) berbincang saat menghadiri Maulid Nabi SAW di Jakarta, Selasa (20/1). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Pandangan sebagian masyarakat terhadap agama Islam yang mengarah Islamofobia harus segera ditepis dengan cara syiar As-Salam.

"Umat Islam harus berupaya keras untuk membalik citra Islam yang tidak baik, terkesan berdarah-darah, dan penuh olok-olok (caci-maki) dari publik internasional. Caranya ialah dengan menyiarkan kedamaian atau 'As-Salam'," tutur Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH Masdar Farid Mas'udi dikutip dari website DMINews, Rabu (4/3).

Menurutnya, berbagai stigma, olok-olok dan opini kebencian terhadap Islam harus dilawan dengan cara dakwah terbaik, yakni syiar perdamaian. Bbukan dengan kekerasan berdarah, apalagi mengacungkan senjata seperti yang dilakukan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

"Jadi, harus ada redefinisi terhadap orientasi (fokus) dakwah umat Islam. Mengajak orang ke arah kebaikan tidak seperti menyuruh orang lain, bahasanya bukan indoktrinasi. Cara seperti itu biasanya tidak efektif," jelasnya.

 

Apalagi, kata 'Islam' dalam bahasa Arab berasal dari kata 'As-Salam' atau perdamaian. Jadi, lanjutnya,dalam berdakwah harus dengan cara-cara damai seperti kisah dakwah Nabi Muhammad SAW.

Menurutnya, dalam dakwah semacam ini ini peranan Korps Muballigh-Muballighah DMI sangat pennting. Terutama ibu-ibu muballighah, untuk membalik citra Islam yang negatif dengan dakwah Rahmatan lil A'lamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement