Kamis 29 Jan 2015 15:03 WIB

Pesantren Raudhatul Makfufin, Setitik Cahaya untuk Jalani Hidup (1)

Rep: c13/ Red: Damanhuri Zuhri
Suasana di pesantren Raudhatul Makfufin, Pesantren Tunanetra di Serpong, Tangerang Selatan
Foto: Foto: Wilda
Suasana di pesantren Raudhatul Makfufin, Pesantren Tunanetra di Serpong, Tangerang Selatan

REPUBLIKA.CO.ID,

Setiap manusia di dunia ini pasti pernah mengalami cobaan dan ujian dari Allah SWT. Ada yang menjalaninya dengan tetap sabar dan ada pula yang sebaliknya.

SERPONG -- Firmansyah, begitulah nama yang diberikan orang tua kepada pria yang berusia 36 tahun ini. Tubuhnya besar, tegap, dan tampak sangat kuat. Namun di balik kesempurnaan tubuhnya itu, Allah SWT telah memberikan ujian besar baginya.

Sejak lahir, laki-laki berkulit putih ini memang memiliki tubuh yang sempurna. Tidak ada satu pun tubuh yang cacat dan dia mensyukurinya. Namun, kesempurnaan yang dimilikinya itu sepertinya harus berakhir setelah Allah SWT memberikan cobaan berat baginya.

Usia 27 tahun merupakan masa tersulit yang dijalani Firman. Pada masa itu dia harus menerima kenyataan yang selama ini tidak pernah dia sangka-sangka.

Firman divonis buta, ini berati seluruh keindahan yang selama ini dia lihat harus menghilang dalam pandangannya. Hanya gelap, itulah warna yang bisa dia lihat.

Hilangnya penglihatan ini memang tidak lepas dari suratan takdir dari Sang Ilahi. Meski begitu, Firman menyatakan penyakit glaukoma yang dideritanya ini tidak lepas dari kebiasaan buruk yang selama ini dia jalani.

Selalu menggunakan obat mata terus-menerus, itu kebiasaan yang ternyata mendatangkan bahaya bagi hidupnya. Niat Firman hanya satu waktu itu, yakni agar matanya tidak terkena iritasi kembali. Namun, keinginan untuk tetap sehat itu malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Menurut Firman, saat itu dokter mengatakan matanya sudah terlalu banyak terkena zat kimia. Oleh sebab itu, mata dari pria yang berasal dari Depok ini pun divonis tidak bisa sembuh. Penglihatannya tidak bisa kembali sehat seperti dulu. “Saya benar-benar hancur,” ungkap Firman getir.

Hati Firman pun hancur seketika saat matanya dinyatakan tidak berfungsi lagi. Cobaan ini pun mengharuskannya menggagalkan pertunangan yang telah dibina. Firman juga harus meninggalkan pekerjaan yang telah dimilikinya.

“Karena buta, saya sempat berpikir ingin bunuh diri,” ungkap Firman menerangkan kepada Republika ketika ditemui di Pesantren Tunanetra, Raudlatul Makfufin, Buaran, Tangerang Selatan, akhir pekan lalu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement