Senin 22 Dec 2014 09:30 WIB

Innes Bowen Jernihkan Miskonsepsi Terhadap Islam

Rep: c14/ Red: Erdy Nasrul
Ribuan umat Islam mengikuti salat Ied di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Ahad (19/8)
Foto: Republika
Ribuan umat Islam mengikuti salat Ied di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Ahad (19/8)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Produser pada Radio 4 di Inggris, Innes Bowen, melakukan studi jurnalistik selama delapan tahun untuk mempelajari Islam di Inggris. Hasil studinya itu tertuang dalam buku karyanya, “Medina in Birmingham, Najaf in Brent: Inside British Islam.” Sebagai apresiasi, The Guardian bahkan menempatkan nama Innes Bowen ke dalam jajaran Tokoh Perubahan 2014.

Karya Innes Bowen itu telah membuka mata semua orang mengenai Islam di Inggris. Sebab, selama ini kebanyakan orang memahami Islam sebagai agama terbelakang atau bahkan pendukung ekstremisme. Namun, pemahaman tersebut bukanlah wajah Islam yang sesungguhnya di Inggris. “Innes Bowen berhasil menunjukkan sifat Islam yang sesungguhnya kepada publik Inggris. Buku itu penting dibaca untuk memahami negara kita hari ini,” kata Andrew Brown, seorang kolumnis The Guardian, pada Ahad (21/12).

Buku yang ditulis Innes Bowen bukanlah hasil studi akademis. Namun, kajian yang dilakukan Innes Bowen bersifat menyeluruh dan disertai data yang valid dan aktual. Lantaran itu, Innes Bowen dianggap berhasil memetakan dinamika Islam serta kontribusi muslim bagi kemajuan Inggris. Selain itu, dengan bahasa yang sederhana Innes Bowen menjelaskan sejarah kedatangan imigran Muslim di Inggris.

Menurutnya, agama Islam dibawa oleh para imigran dari Asia Selatan. Kemudian, para imigran ini mendirikan banyak sekolah yang pada awalnya bersifat tertutup di Inggris. Namun, seiring berjalannya waktu, sekolah-sekolah itu kemudian menerima budaya Inggris secara terbuka. Sehingga, para murid bisa berkontribusi secara Islam tanpa menanggalkan nasionalisme Inggris. Bahkan, tidak sedikit politikus Inggris yang merupakan lulusan sekolah itu.

Innes Bowen juga menjelaskan beberapa fakta yang selama ini kurang terekspose. Misalnya, ada banyak imam masjid di Inggris yang merupakan orang asli Inggris. Dengan demikian, pemimpin umat Islam di Inggris tidak hanya dari kalangan keturunan imigran. Selain itu, ternyata mayoritas umat Muslim Inggris menunjukkan kebanggaan yang tinggi dan bahkan patriotik terhadap Inggris.

Bagaimanapun, buku karya Innes Bowen tidak bermaksud bersikap apologis terhadap Islam. Innes Bowen tidak memandang Islam sebagai agama yang harus dibela. Demikian pula, Innes Bowen sama sekali tidak memosisikan Islam sebagai ancaman yang mesti diteliti. Buku ini hadir hanya untuk menunjukkan—melalui studi atas data yang valid—wajah Islam sebagaimana adanya di Inggris. “Buku ini berusaha menjernihkan miskonsepsi terhadap Islam yang marak disiarkan media massa,” tutup Andrew Brown.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement