REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengkritik penyebutan istilah jilbab syar’i yang dinilai mengandung potensi memecah belah umat Islam.
"Kita perlu introspeksi. Tidak elok mengklaim diri sendiri paling syar'i sedangkan kelompok yang lain kurang syar'i, atau bahkan tidak syar'i, termasuk persoalan mode jilbab,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Muhammad Sulton Fatoni, Sabtu (20/12).
Secara khusus, Sulton menyoroti kelompok tertentu yang selalu mendengung-dengungkan istilah jilbab syar'i. Menurutnya, istilah tersebut bagian dari upaya membelah umat Islam di Indonesia secara sistematis. Caranya, dengan memaksakan style atau simbol jilbab kelompok tertentu.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement