Kamis 18 Dec 2014 03:13 WIB

Isi Malam Tahun Baru dengan Kegiatan Produktif

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Damanhuri Zuhri
Dzikir Nasional Republika
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Dzikir Nasional Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengingatkan umat Islam tidak perlu ikut merayakan tahun baru secara hura-hura dan meriah.

Sebaiknya, gunakan momentum tahun baru ini untuk mengevaluasi dan mengintrospeksi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, serta negara.

Hal seperti itu, kata Anwar, lebih baik dan berguna untuk kehidupan ke depan. Tidak hanya baik bagi kehidupan pribadi, tapi juga kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat cepat keluar dari masalah-masalah keterbelakangan dan kemiskinan yang membelit selama ini.

Ia pun menyarankan masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk mulai memikirkan dan mencari bentuk-bentuk lain dari perayaan tahun baru yang ada selama ini. Misalnya, mengganti atau memodifikasi acara tersebut menjadi lebih produktif dan sesuai syariat Islam.

“Tak perlu menghamburkan uang hanya untuk merayakan tahun baru apalagi masih banyak saudara sebangsa dan se-Tanah Air yang hidup di bawah garis kemiskinan atau mengalami musibah.”

Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan, perayaan tahun baru Masehi bukanlah untuk umat Islam. Karena itu, lebih baik umat Islam memandangnya dari segi formalitas, yakni adanya hari libur nasional.

Libur nasional itu pun, menurut Satori, sebaiknya diisi dengan aktivitas syiar Islam, seperti meramaikan masjid dan majelis ilmu. Ini semata-mata agar umat Islam lebih menggiatkan muhasabah kolektif.

“Tentu saja, muhasabah bisa dilakukan setiap hari. Tapi, hari libur membuatnya lebih berdampak luas,” katanya.

Seperti halnya Tengku, ia pun menyambut baik salah satu bentuk muhasabah itu, yakni Zikir Nasional Republika yang digelar pada malam pergantian tahun baru Masehi.

Ia berpendapat, kegiatan doa dan zikir bersama seperti itu sangat penting sebagai penguat ukhuwah dan keselamatan bangsa Indonesia.

Selain itu, kesempatan berhari libur menjadi tidak diawali dengan nuansa hura-hura, seperti menyalakan petasan atau kembang api, meniup terompet, atau jalan-jalan yang sifatnya konsumtif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement