Sabtu 22 Nov 2014 19:12 WIB

Ini Kisah Pelajar Muslimah Indonesia di AS (2-habis)

Rep: sonia fitri/ Red: Damanhuri Zuhri
Pelajar Indonesia di luar negeri.  (ilustrasi)
Foto: Antara
Pelajar Indonesia di luar negeri. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,

Justru, tantangan terbesar menjadi pelajar di Amerika, kata Mariska, urusan akademik dan cuaca. Pelajar Amerika dituntut untuk selalu membaca, disiplin dan mengerjakan tugas yang luar biasa banyak.

''Jika tidak membaca, akan kentara sekali di kelas ketika perkuliahan berlangsung, kita tak bisa berpartisipasi dalam diskusi, lantas "ketinggalan kereta",'' ujar Mariska sambil melepas senyum.

Beruntungnya, besarnya tuntutan disesuaikan dengan penyediaan layanan pendidikan. Perpustakaan, kata dia, buka 24 jam. Selain itu, //Online Resources//-nya sangat bagus dan cepat respons. Link antar perpustakaan

terkoordinasi dengan baik.

Selain itu, ungkap Mariska, meminjam buku bisa dilakukan sebanyak-banyaknya, untuk satu semester. ''Jadi, tidak perlu bolak-balik ke perpustakaan dan meminjam buku berkali-kali,'' paparnya penuh syukur.

Keuntungan lainnya, sambung Mariska, berada di Amerika membuat ia harus belajar banyak tentang budayanya, juga budaya lain yang diperkenalkan di sana seperti Afrika dan Eropa.

Dalam berinteraksi sosial, Mariska juga mengungkapkan kesan baik tentang perilaku orang-orang di sana yang tak ia temui di Indonesia.

Beberapa contohnya yakni budaya mendahulukan orang lain keluar lebih dulu dari lift, teratur mengantre, menahan pintu untuk orang yang berada di belakangnya dan keteraturan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement