Selasa 21 Oct 2014 21:22 WIB

Suara Adzan Terakhir Kiai Hafidz Ustman (2-habis)

Rep: c63/ Red: Agung Sasongko
KH Hafidz Usman
Foto: Republika/ Prayogi
KH Hafidz Usman

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --  Putri pertama almarhum, KH Hafidz Usman, Ifa (47) mengungkapkan saat siang hari ayahnya tidak menunjukan sakit apapun. Hari itu, Hafizh beraktivitas seperti biasa bahkan berniat ke Kantor pada siang harinya usai shalat dzuhur.

"Bapak bilang ke ibu pening aja, tiduran sambil menunggu shalat Dzuhur sekitar jam 11, dibangunkan sekitar jam 12 sudah tidak ada," kata dia.

Kepergian sosok almarhum juga begitu amat dirasakan oleh keluarga besar MUI Jabar. Salah satu staff MUI Jabar Syahidin mengungkapkan sosok almarhum adalah sosok pengasih kepada orang di sekitarnya. Menurutnya, Hafizh adalah orang yang tidak bisa melihat orang di sekitarnya mengalami kesusahan.

"Beliau itu luar biasa, semua stafnya dihajikan, terakhir dua orang staffnya naik haji tahun ini," kata dia.

 

Pengakuan serupa juga dilontarkan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang secara pribadi, mengaku sangat kehilangan. Di matanya, almarhum adalah sosok yang humoris dibalik kesehariannya yang luar biasa. Aher sendiri berkesempatan mengimami shalat jenazah kepada almarhum.   

"Kami sering berdiskusi banyak, wawasannya luar biasa, rencananya Rabu ini bertemu untuk penobatan halal MUI," kata pria yang kerap disapa Aher tersebut.

Kenangan khusus almarhum juga turut dirasakan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Kedekatan Almarhum dengan kakek dan ibunya membuatnya mengenal lebih dekat sosok Hafizh. Hal itu juga ia rasakan saat dirinya berkampanye. Menurut Emil, almarhum sering mempromosikan dirinya sebagai putra sang kiai.

"Kami kehilangan ulama, pendakwah juga, zaman kampanye saya ini dianggap orang seberang, beliau ini kemana-mana selalu bilang saya sunda asli, menekankan saya anak kiai," kenang Amil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement