Selasa 09 Sep 2014 13:59 WIB

Berburu Makanan Halal di Negeri Orang (2-habis)

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Chairul Akhmad
Makanan halal di salah satu supermarket di Eropa.
Foto: Reuters/ca
Makanan halal di salah satu supermarket di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam berbelanja, Cahyo mengaku cukup kesulitan mendapatkan pasokan daging halal. Di Kota Nijmegen hanya ada satu rumah pemotongan hewan (RPH).

Itu pun jaraknya jauh dari kediamannya tinggal. Sedikitnya, pasokan daging halal karena izin pendirian RPH sangat ketat di Belanda. Hanya toko Turki yang mendistribusikan daging halal dari RPH.

Kendala lainnya yang ia hadapi, yaitu permintaan daging halal sangat tinggi di Belanda. Pasokan yang kurang membuat toko daging Turki mendatangkan daging dari RPH yang belum bersertifikasi halal. “Jadi, meski menjual daging halal, belum tentu semua daging yang dijual halal. Mesti pintar-pintar memilih,” katanya memaparkan.

Khusus sosis, Belanda mengimpor dari negara lain yang memiliki sertifikasi halal. Tetapi bakso, diimpor dari Thailand dan Cina yang biasanya terdapat bahan campuran yang tidak halal. “Saya sarankan tidak membeli bakso di sini,” kata Cahyo.

 

Produk lain yang perlu diperhatikan, yakni dalam memilih roti. Roti merupakan makanan pokok masyarakat di Belanda.

“Kami biasa makan roti untuk sarapan, makan siang, dan makan malam, tetapi harus mengetahui bahan yang terkandung di dalamnya,” ujarnya. Cahyo mengaku harus bertanya kepada teman-teman yang mengerti bahan pembuat kue untuk mengetahui roti mana yang mengandung babi ataupun tidak.

Lain di Belanda lain di Taiwan. Bagi mahasiswa doktoral National Chiao Tung University Taiwan, Ashif Aminullah, sangat sulit mendapati restoran halal di sana. Pria asal Magelang ini mengaku tidak ada warga Taiwan asli yang menjual makanan halal. “Ada mi halal, tapi itu pun di Taipei,” kata Ashif.

Ashif sendiri tinggal di Kota Hsinchu sekitar satu jam perjalanan dari Taipei. Makanan di Taiwan kental dengan olahan daging babi. Jika ada yang halal, hanya sedikit yang dijual, seperti di restoran India.

Guna menyiasati minimnya restoran halal, Ashif yang tinggal bersama istrinya memilih memasak sendiri kebutuhan makannya. Ia biasa masak sayuran dan seafood yang jelas kehalalannya. “Kalau pengen ayam, beli di pasar, lalu potong sendiri,” ujarnya. Kebutuhan daging halal hanya ada di masjid kota. Itu pun tidak tersedia setiap hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement