Selasa 18 Mar 2014 13:03 WIB

Nasyid Tak Pernah Mati (1)

Salah satu grup nasyid tampil pada 'Festival Nasyid' yang digelar Republika dan iHAQI di  Kota Bandung, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Muhammad Taofik Hidayat
Salah satu grup nasyid tampil pada 'Festival Nasyid' yang digelar Republika dan iHAQI di Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Nasyid harus mengikuti perkembangan zaman.

Musik nasyid dan musik yang beraliran religi terutama Islami, memang tak bisa dibandingkan kepopulerannya dengan musik pop, dangdut, atau rock.

Walau tak terlihat menonjol, pelaku musik ini tetap ada. Sampai kapan pun, musik nasyid tidak akan pernah mati. Beberapa waktu lalu, digelar ajang festival nasyid yang diselenggarakan di Bandung.

Awalnya, panitia pesimistis tak ada peserta yang mau berpartisipasi dalam ajang seperti ini. Namun, pesimisme itu pun luntur sudah.

Setelah empat bulan persiapan dilakukan, ternyata panitia kelabakan karena peserta yang mendaftar membludak, melebihi target yang direncanakan awal. "Ternyata masyarakat sangat antusias pada musik nasyid," ujar salah seorang musisi yang dulu tergabung dalam grup vokal RSD, Rida Farida.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Rida ini, memang tak ada kelompok nasyid sebesar grup rock atau band pop.

Namun ketika ada ajang seperti ini, rasa ingin tampil pun muncul. Sehingga bangkitlah kekuatan untuk membuat grup, baik yang secara dadakan untuk mengikuti acara ini, maupun grup yang telah lama terbentuk namun lama tak tampil.

Itu terbukti dari pengalaman Rida menjaring peserta. Dari enam bulan melakukan promosi untuk festival nasyid, ia pun kaget karena ternyata di balik ‘kebisuannya’ nasyid tetap ada peminatnya. "Bahkan panitia kewalahan, ternyata pesertanya banyak sekali," katanya.

Sayangnya, pada festival itu, banyak peserta terutama yang masih pemula tak banyak belajar dari peserta yang lain. Ketika giliran mereka tampil telah usai, mereka langsung pulang tanpa melihat apa yang ditampilkan peserta lain. Padahal dengan melihat peserta lain, bisa memacu mereka untuk membuat tampilan yang lebih baik.

Perhatian khusus

Rida mengatakan, nasyid butuh perhatian khusus dan perjuangan lebih agar mampu bertahan. Sebab, hingga saat ini belum ada wadah yang bisa meng-handle aliran musik jenis ini.

Membuat nasyid selalu ada dan tak pernah mati memang bukan jalan yang mudah. Meski begitu, ini bukanlah hal yang mustahil. Dengan mengadakan festival nasyid misalnya, ternyata bisa menjaring minat generasi muda dan kaum remaja.

Salah satu anak muda yang menekuni aliran musik nasyid adalah Muhammad Rifatul Labib (18). Bersama tujuh orang temannya yang punya minat sama, ia membentuk grup Shine Star Nasyid pada 2012 lalu. Anggotanya adalah para remaja masjid di sebuah sekolah yang terletak di Cicalengka, yaitu SMK Gunadarma Nusantara.

Saat itu Labib menampilkan lagu-lagu nasyid yang sudah agak lawas dari grup nasyid yang telah banyak dikenal orang, Raihan. Kemudian ia pun dengan kreatif membuat improvisasi pada lagu-lagu tersebut agar terlihat seperti layaknya lagu-lagu anak muda.

Bersama grupnya, Labib meraih juara II dalam kategori grup pelajar. "Kami menganggap bernasyid ini adalah kewajiban, salah satu jalan dakwah yang dipakai," ujar Labib. “Yang paling penting adalah bagaimana syiar Islam itu diterima.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement