Jumat 14 Mar 2014 21:57 WIB

Persahabatan Tak Sekadar Main (1)

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pertemanan dalam Islam tak sekadar pertalian biasa dan normatif. Atau, seperti yang banyak disalahpahami oleh banyak kalangan muda belakangan ini. Bergerombol, tawuran, atau terjebak dalam jeratan narkoba atas dasar pertemanan.

Menurut Ketua Yayasan Pondok Pesantren Sinar Islam, Sukabumi, Jawa Barat, Ustaz Veri Muhlis Arifuzzaman, tuntunan persahabatan semacam ini jauh dari Islam. “Persahabatan itu persaudaraan dalam kebaikan,” katanya.

Berikut petikan lengkap perbincangannya dengan wartawan Republika Erdy Nasrul seputar makna pertemanan dalam Islam.

Persahabatan sering dimaknai negatif, mengapa?

Fenomena ini memang terjadi di masyarakat, namun kemunculannya tidak berdiri sendiri. Ada faktor yang menyebabkan pemaknaan persahabatan seperti itu. Persahabatan yang menjelma menjadi geng atau kelompok pemuda yang meresahkan bermula dari kurangnya perhatian orang tua.

Ayah dan ibu tidak lagi berperan sebagai madrasah atau sekolah yang mendidik anak. Keduanya sibuk dengan diri sendiri. Akhirnya, anak mengabaikan orang tua. Mereka berkumpul bersama anak-anak yang bernasib sama.

Hubungan seperti ini tidak berdiri atas asas manfaat. Mudaratnya lebih besar. Ini menjadi kekhawatiran bersama karena tentu akan mengancam generasi muda. Pada intinya mereka mencari sensasi agar diperhatikan.

Mereka berkumpul untuk membangun solidaritas buta. Mereka melakukan tawuran. Belum lagi yang terlibat dalam konsumsi, bahkan peredaran gelap narkoba. Mereka melindungi teman-teman sekelompok. Kemudian, mengabaikan orang-orang sekitar. Temannya dilindungi habis-habisan meskipun melakukan kejahatan yang merugikan khalayak ramai.

Bayangkan, ketika teman seperti itu dilindungi maka pasti kejahatan terus dilakukan. Misal, ada di kelompok itu yang mengonsumsi narkoba. Pada mulanya hanya satu orang saja yang mengonsumsi. Lambat laun bertambah hingga akhirnya satu kelompok mengonsumsi. Yang dirugikan bukan hanya diri mereka, tapi juga orang tua dan orang-orang sekitar.

Bisa jadi kalau terus-terusan mengonsumsi akhirnya mati. Sikap mereka sebenarnya membunuh teman sendiri. Perilaku seperti itu bukanlah persahabatan dalam Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement