Jumat 28 Feb 2014 10:58 WIB

Mari Berinternet Secara Sehat (2-habis)

Rep: Mohammad Akbar / Red: Chairul Akhmad
Seorang warga sedang berselancar di dunia maya.
Foto: Antara/Sahlan Kurniawan
Seorang warga sedang berselancar di dunia maya.

REPUBLIKA.CO.ID, Aktivis Lembaga Dakwah Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Fery Subakti mengatakan, pemakaian internet bisa menjadi baik atau buruk tergantung kepada pemakainya.

“Jika memang sudah berpikiran buruk, tentunya akan menjadi negatiflah keberadaan internet. Sebaliknya, jika kita ingin memanfaatkan secara positif maka di sana akan banyak ilmu yang bisa didapat,” kata Fery.

Menurutnya, mahasiswa masa kini sudah tak bisa lagi dipisahkan dengan dunia internet. Bahkan, Fery mengatakan, melalui internet dakwah dapat pula dilakukan. Ia memberi contoh, bagaimana sosial media, seperti Twitter dan Facebook, memberikan peran yang cukup efektif dalam menyiarkan dakwah Islam.

Terkait upaya untuk menghadirkan internet sehat, Fery menyatakan, perlu adanya proses sosialisasi yang dilakukan secara terus-menerus. “Hal yang harus terus disampaikan adalah mari kita gunakan internet untuk kebaikan,” ujar dia.

 

Hal lainnya lagi, sambung Fery, perlu adanya proses pendampingan dan pendidikan bagi para pengguna internet. Hal tersebut dapat diawali dari setiap rumah tangga. Dalam hal ini, peran orang tua sangat besar untuk bisa mewujudkan perilaku internet sehat. “Lalu, peran masyarakat juga dibutuhkan sebagai kontrol,” katanya.

Dakwah lewat internet

Kemajuan teknologi internet tak bisa lagi ditampik. Meski memiliki potensi untuk  berdampak negatif, aktivitas di dunia maya juga menyimpan keunggulan yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan dakwah dan mengajak kebaikan kepada semua orang.

“Melalui internet kita bisa menjangkau orang lebih luas. Ini bisa menjadi sesuatu yang menarik dan seharusnya bisa dijadikan keunggulan yang bisa dimanfaatkan,” kata penulis buku dan juga pegiat di dunia maya, Dedhi Suharto.

Dedhi menceritakan, kemajuan internet telah memudahkannya untuk memberikan tausiah kepada jamaahnya yang berada di luar negeri.

Ia mengaku pernah melakukan teleconference dari kediamannya di Bogor dengan jamaahnya yang berada di Jepang maupun Amerika. “Bayangkan, ini justru bisa menghemat biaya yang luar biasa besar. Waktu tinggal kita sesuaikan saja,” ujar penulis buku Quranic Quotient ini.

Apakah dengan memanfaatkan dunia maya ini akan lebih efektif dalam memberikan pesan dakwah? Menurut Dedhi, hal ini tak bisa dilihat dalam efektivitasnya. Namun, dunia maya itu sangat diperlukan. “Kalau efektivitas itu bisa saja debatable, tetapi yang pasti ada manfaatnya,” kata dia.

Lantas, bagaimana cara untuk membentengi diri agar generasi muda tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang ada di ruang dunia maya? Dedhi menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran diri sendiri. Ini bisa dilakukan lewat bimbingan orang tua maupun masyarakat sekitar. “Di sinilah adanya keteladanan agar generasi muda bisa mengikutinya,” jelasnya.

Dedhi juga mengapresiasi usaha dari pemerintah yang telah berupaya memblokir sejumlah situs porno. Namun, ia juga menyadari, di dunia maya segala sesuatunya sangat terbuka.

“Usaha dari pemerintah sudah bagus, tetapi kita harus paham juga di dunia maya tidak ada yang bisa dibatasi. Jadi, menjadi sangat penting bagaimana membangun kesadaran diri sendiri dalam memilah informasi positif atau negatif,” kata Dedhi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement