Kamis 22 Nov 2012 21:31 WIB

Nadzir Harus Berjiwa Kewirausahaan

Rep: Indah Wulandari/ Red: Chairul Akhmad
Tanah wakaf (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Tanah wakaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nadzir sebagai sumber daya manusia yang menangani wakaf nyatanya masih perlu diperbaiki. Tingkat kreativitas untuk mengembangkan usaha masih perlu digenjot.

Pengelolaan wakaf produktif merupakan salah satu arus utama yang kini tengah digalakkan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Agama RI bersama dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI).

"Kemenag terus membantu para nadzir di seluruh pelosok untuk mengembangkan aset wakafnya secara produktif. Sayangnya, banyak yang masih belum berpikir tentang enterpreunership," papar Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Prof Abdul Djamil, dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan Wakaf, Kamis (22/11).

Djamil menyadari jika latar belakang nadzir yang sebagian besar pemuka agama sedikit menghambat pertumbuhan wakaf produktif. Seharusnya, ungkap Djamil, aset wakaf tidak hanya bermanfaat untuk kepentingan ibadah yang bersifat vertikal saja, tapi juga punya efek sosial-ekonomi.

"Saatnya kini mengubah paradigma lama wakaf di Indonesia menjadi paradigma baru, yaitu produktif bagi umat," ajak Djamil.

Selain mengembangkan unit-unit usaha pusat perekonomian, kelak dia yakin bisa memanfaatkan aset wakaf lebih variatif. Keinginannya, Direktorat Pemberdayaan Wakaf bisa membina hotel wakaf.

Namun, Djamil menyadari kemampuan sumber daya manusia belum bisa karena kurangnya kemampuan berwirausaha. "Hasilnya nanti diperuntukkan bagi kemaslahatan umat. Nazhir hanya dibagi 10 persennya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement