Selasa 10 Jul 2012 23:59 WIB

Sambut Ramadhan, Warga Lampung Mandi Suci

Muli-Mekhanai (muda-mudi) Lampung membakar merang sebagai salah satu proses ritual
Foto: Antara/Taufik Hidayat
Muli-Mekhanai (muda-mudi) Lampung membakar merang sebagai salah satu proses ritual "belangiran" di Kali Akar Telukbetung Utara, Bandarlampung, Selasa (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG - 'Belangiran' merupakan tradisi turun temurun warga Lampung, untuk menyucikan diri menjelang Ramadhan yang perlu dilestarikan agar tidak punah.

Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, saat acara 'Belangiran' di Kali Akar, Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Telukbetung Utara, Bandarlampung, Selasa siang, mengatakan bahwa tradisi ini merupakan salah satu cara yang dilakukan umat Islam di daerah itu dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
"Berbagai ritual dan tradisi menyambut Ramadhan itu pun dilakukan, salah satunya 'Belangiran' atau mandi untuk menyucikan diri," kata Sjachroedin.
Selain itu, lanjut dia, masih banyak cara lainnya yang dilakukan oleh umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan di antaranya menziarahi makam keluarga dan kerabat yang telah meninggal dunia, tradisi memukul bedug, dan mandi untuk menyucikan diri.
Tradisi itu, bagi masyarakat di Jawa menyebutnya dengan 'padasan" sedangkan orang Minang "mandi balimau", dan orang Lampung menamakannya 'belangiran'.
"Belangiran yang kita laksanakan hari ini merupakan kedua kalinya, mengingat tahun sebelumnya kita melaksanakannya di kolam renang Pahoman Bandarlampung, dan tahun ini kita laksanakan di Kali Akar, Sumur Putri Telukbetung," kata dia lagi.
Menurut Gubernur, menyucikan diri menyambut bulan suci Ramadan tidak hanya membersihkan badaniah saja, tapi lebih berorientasi kepada menyucikan diri dan hati, seperti rasa iri, dengki, benci dan sombong, juga rasa dendam pada seseorang.
"Untuk menyucikan harta yang kita miliki, yaitu dengan mengeluarkan zakat fitrah dan sedekah," kata Sjachroedin pula.
Dia mengharapkan, ritual dan tradisi seperti 'belangiran' tidak dimaknai macam-macam, karena hanya merupakan bentuk ucapan syukur menyambut kedatangan bulan Ramadan, sekaligus dalam rangka melestarikan budaya Lampung agar tidak punah dimakan zaman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement