Senin 02 Jan 2012 18:56 WIB

Syiah-Sunni Diminta tak Bertengkar

Rep: Roshma Widiyani/ Red: Djibril Muhammad
Seorang warga melemparkan batu ke arah bangunan rumah, musholla dan madrasah yang dibakar massa, di Desa Blu'uran, Karangpinang, Sampang, Madura, Jatim, Kamis (29/12).
Foto: Antara/Saiful Bahri
Seorang warga melemparkan batu ke arah bangunan rumah, musholla dan madrasah yang dibakar massa, di Desa Blu'uran, Karangpinang, Sampang, Madura, Jatim, Kamis (29/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kelompok penganut Syiah dan Sunni diimbau tidak perlu bertengkar. Hal ini dikatakan sekertaris umum PP IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia), Emilia Renita Az. "Islam itu agama Rahmatan Lil Alamin. mana mungkin ada agama rahmat yang melempari dan membakar tempat ibadah saudaranya," ujarnya pada Republika Senin (02/01).

Perbedaan antara syiah dan Sunni seharusnya bisa disikapi lebih dewasa. Peristiwa yang terjadi di Sampang, Madura terhadap pondok pesantren Syiah seharusnya tidak perlu terjadi. PP IJABI dan PP MUHSIN (Pengurus Pusat Majelis Ukhuwah Sunni Syiah Indonesia), menggelar konferensi pers pada Sabtu (31/12) terkait peristiwa tersebut.

Pada acara ini PP IJABI membacakan pernyataan sikapnya yaitu, menyampaikan terima kasih kepada aparat pemerintah, yang berusaha menyelesaikan persoalan berdasarkan Pancasila, UUD 45, dan perundang-undangan yang melindungi kebebasan beragama dan berkepercayaan, rasa terima kasih juga ditujukan kepada Menkopolhukam, Kapolri, Komnas HAM, dan LSM yang memberikan perhatian pada kasus ini.

Ia juga mengajak masyarakat NKRI melindungi negara dan bangsa dari perpecahan. PP IJABI juga meminta Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), mengimbau dan menghentikan kekerasan secara nyata mulai tingkat paling bawah, dan mendesak lembaga keagamaan, khususnya MUI, untuk melindungi kebebasan beragama.

PP IJABI meminta warganya menahan diri dan bekerja sama dengan instansi pemerintah dan LSM, untuk menyelesaikan masalah berdasarkan hukum dan ketentuan. Konflik Sampang sebetulnya sudah terjadi dalam waktu yang lama.

Emilia menyebutkan, dirinya sudah mulai mengurus masalah Sampang sejak 2006. Namun saat itu permasalahan masih seperti api dalam sekam. "Saya sudah memperkirakan akan seperti ini. Mungkin ini lebih baik, karena seluruh masyarakat Indonesia tahu ada masalah besar di sampang. Peristiwa membuat mata kita terbuka," tuturnya.

Dialog, menjadi jalam keluar yang diinginkan PP IJABI. Dialog ini diharapkan mengangkat tema sunnah syiah. Melaui dialog akan dibeberkan apakah yang dimaksud aliran syiah. "Melalui dialog ini akan dibuka, kenapa syiah dikatakan sesat. Padahal MUI pusat sudah mengesahkan syiah, tapi kenapa MUI Sampang belum," ujarnya.

Melaui dialog, pihak yang keberatan dengan syiah juga bisa mengemukakan pendapatnya. Mereka bisa mengutarakan keberatannya terhadap syiah. Renita mengatakan, dirinya siap pindah aliran jika benar syiah sesat. Namun hal tersebut tentu harus berdasarkan sunnah dan ayat Al-Quran yang benar.

Dialog ini rencananya akan difasilitasi total oleh PP IJABI. "Sesuai pesan ketua dewan syura PP IJABI, Jalaluddin Rakhmat, kami akan fasilitasi semua. silahkan dialog dengan siapa dan dimana saja, kami terbuka," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement