Selasa 09 Aug 2011 07:21 WIB

Tarekat Naqsabandiyah Mengaku Bukan Aliran Sesat

Red: cr01
Jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Sumatera Barat.
Foto: kabarnet.wordpress.com
Jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Sumatera Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU – Kelompok Tarekat Naqsabandiyah Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, mengaku tidak sesat dari ajaran Islam dan bukan aliran melainkan kelompok pengajian.

"Kami tidak sesat, kami bukan aliran agama tapi hanya kelompok pengajian. Kami sangat menyayangkan sekali kalau ada yang menuduh kami ini sesat," kata guru besar Ilmu Tasawuf Tarekat Naqsabandiyah, Cabang Kabupaten Rejanglebong, Asman, Senin (8/8).

Menurut Asman, jamaah Tarekat Naqsabandiyah kata dia, sudah ada sejak ratusan tahun lalu di Indonesia selain yang berpusat di Desa Suka Datang, Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, juga beberapa wilayah seperti di Andale, Sumatra Barat. Kemudian Bangka dan Pangkal Pinang, Kabupaten Muko-muko, Bengkulu, Kendari, Sulawesi Utara, Jakarta, Depok dan daerah lainnya.

Setiap tahun ratusan hingga seribuan para jamaah kelompok ini berkumpul di gedung Tarekat Naqsabandiyah di Kabupaten Rejanglebong, yang dibangun di atas lahan lebih kurang satu hektar. Para jemaah ini berkumpul untuk melaksanakan dzikir akbar atau yang mereka sebut "Suluk" dan haul memperingati delapan tahun meninggalnya guru Tarekat Naqsabandiyah setempat Buya Syekh Zainal Arifin.

Pelaksanaan dzikir akbar ini sengaja dilakukan setiap bulan Ramadhan, karena pada bulan tersebut amalan-amalan pahalanya dilipatkan gandakan Allah SWT melebihi hari-hari biasanya. Dzikir yang mereka lakukan antara lain dzikir hati atau khafi dengan menyebut Lailahaillah, kemudian dzikir jahar atau dzikir keras dengan menyebut nama Allah.

Untuk pelaksanaan dzikir jahar biasanya dilakukan secara berjamaah (ramai-ramai) dan diucapkan keras-keras setelah pelaksanaan shalat lima waktu. "Sedangkan dzikir khafi dilakukan pelan-pelan dan tersendiri di dalam sekat-sekat berukuran 1 x 1 meter yang diselubungi kain kassa penahan nyamuk atau kelambu," terang Asman.

Pelaksanaan dzikir tersebut, lanjut Asman, guna menghilangkan penyakit yang mendera hati seperti hasud, iri dengki, takabur dan sebagainya. Jika para jemaah selesai menjalaninya maka mereka akan bersih, suci, sehingga akan menjauhi berbagai larangan agama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement