Rabu 21 Aug 2013 17:18 WIB

Swedia Galang Solidaritas Hijab

Muslimah Swedia ketika memprotes kebijakan anti-Islam.
Foto: thegatewaypundit.com
Muslimah Swedia ketika memprotes kebijakan anti-Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ferry Kisihandi

 

Perempuan di Swedia memanfaatkan media sosial guna menggalang dukungan untuk Muslimah berhijab. Dengan menggunakan hashtag #hijabuppropet (hijab outcry) mereka mengunggah foto-fotonya yang terbalut hijab, Senin (19/8).

Di antara mereka ada anggota parlemen seperti Asa Romson dari Partai Hijau dan Veronica Palm dari Sosial Demokrat. Ada pula komedian dan pembawa acara di televisi, Gina Dirawi. Gerakan ini dipicu insiden pada Sabtu lalu.

 

Seorang Muslimah berhijab yang sedang mengandung diserang. Peristiwa terjadi di Farsta, pinggiran Stockholm. Pelaku penyerangan merobek hijab Muslimah itu. Lalu, ia membenturkan kepala korban ke sebuah mobil. Pelaku juga meneriakkan umpatan bernada rasial.

Korban kemudian dilarikan ke rumah sakit. Polisi masih menyelidiki kasus ini. Para perempuan yang melakukan aksi solidaritas ingin mengingatkan adanya diskriminasi terhadap Muslimah di Swedia.

“Sudah cukup kuat alasan bagi perdana menteri dan politikus bergerak menghentikan fasisme,” tulis mereka di surat kabar Aftonbladet seperti dikutip laman berita BBC. Apalagi, kini kejahatan karena kebencian terhadap Muslim meningkat.

Mereka mendesak pemerintah mampu menjamin hak serta kebebasan perempuan Muslim menjalankan ajaran agamanya. Mereka juga mendesak pemerintah untuk mencegah kejadian serupa terulang. Jadi, tak lagi terjadi serangan verbal terhadap Muslimah berhijab.

Mestinya, para politikus, ujar mereka, menghentikan diskriminasi struktural terhadap perempuan-perempuan Muslim.

“Kami ingin para perempuan Swedia mengenakan hijab sehari. Sebab, kami ingin berhijab menjadi sesuatu yang normal di negara ini,” kata Bilal Osman, salah satu inisiator gerakan solidaritas hijab kepada harian Swedia, Goteborg.

Selama ini, banyak orang memandang hijab dan Muslim sebagai sesuatu yang sangat asing. Gerakan pada Senin (19/8) merupakan kesempatan baik untuk memahami apa yang Muslimah rasakan dan alami.

Gerakan yang diikuti perempuan dari berbagai latar belakang dan keyakinan itu  memperoleh respons positif pemerintah. Menteri Kehakiman Beatrice Ask menegaskan, serangan terhadap Muslimah harus ditangani serius.

Feminist Initiative mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka mengecam serangan terhadap Muslimah. “Kami membela perempuan yang mengalami kejahatan dan kami mendorong kebebasan beragama di Swedia.”

Mereka mendesak Pemerintah Swedia berpikir serius mencegah kejahatan yang didorong kebencian dan diskriminasi pada Muslim. Hijab menjadi sorotan tajam sejak Prancis melarang pemakaian busana itu di tempat-tempat umum pada 2004.

Sejak saat itu, beberapa negara Eropa mengikuti jejak Prancis. Muslim di Swedia menjadi minoritas. Jumlah mereka berkisar antara 450 ribu dan 500 ribu jiwa dari seluruh penduduk yang berjumlah sembilan juta jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement