Senin 13 May 2013 19:00 WIB

Tangkis Islamofobia, Masjid London Undang Non-Muslim Berkunjung

Imam Mahmoud Haddara
Foto: CTV NEWS
Imam Mahmoud Haddara

REPUBLIKA.CO.ID, Pemberitaan seputar teror masih hangat, terutama setelah peristiwan pengeboman di Boston. Para pemeluk Islam pun ditanyai sejumlah pertanyaan sulit mengenai keyakinan mereka.

Sebagai upaya memberikan pemahaman kepada publik, Ahad (12/5) lalu, Masjid London menggelar open house dan mempersilakan siapa saja, baik itu kalangan non-Muslim untuk datang dan berkunjung.

"Saya sebenarnya hanya tahu sedikit bahkan mungkin tidak sama sekali tentang keyakinan ini," aku Debbie, salah satu pengunjung yang hadir.

"Saya selama ini selalu penasaran apa sebenarnya yang berlangsung di dalam ini, jujur itu keinginan saya untuk masuk," ungkap Susan Donati seperti dilansir CTV News, Ahad (12/5).

Pengunjung juga memiliki kesempatan melihat nama mereka ditulis dalam huruf Arab, menyaksikan seperti apa aula utama tempat shalat dan ketika jamaah melakukan shalat.

"Saya pikir wajar orang-orang takut terhadap apa yang mereka tidak tahu. Jadi bila mereka mengenal sesuatu dan mengetahui bahwa itu baik, maka tidak ada lagi ketakutan karena orang-orang bisa menerima," papar Imam Mahmoud Haddara.

Acara open house pada Ahad itu tidak hanya membuka pintu kepada para anggota keyakinan lain, tetapi juga penegasan bahwa Masjid Muslim London terpisah dari terorisme yang mengatasnamakan Islam dan bentuk-bentuk teror lain.

Mantan jamaah Aaron Yoon kini ditahan di Mauritania karena terbukti memiliki keterkaitan dengan Alqaidah. Temannya, Kris Katsiroubas dan Ali Medkej tewas setelah terlibat dalam serangan teroris mematikan di kilang gas Aljazair. Ketiga nama tadi dituduh sebagai Muslim radikal.

Hal sama juga menjadi pembicaraan di Toronto dan Montreal di mana sejumlah pria dituduh melakukan plot peledakan jalur kereta api yang berpotensi membunuh ribuan orang. Itu belum termasuk pelaku pengeboman Boston.

"Apa pun yang terjadi itu bukan persoalan agama. Itu adalah tanggung jawab individu yang melakukan kejahatan tersebut," ujar Imam Mahmoud Haddara.

Pandangan itu juga mendapat persetujuan dari sebagian pemeluk keyakinan lain. "Islam adalah agama damai. Saat ini sangat memungkinkan untuk mengambil sedikit dan selembar Alquran lalu mendistorsikan dan membuatnya selip. Hal serupa bisa dilakukan pula terhadap Injil," ujar Garry Milley, seorang jemaat dari Gereja Oaks, London.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement