Senin 22 Apr 2013 13:34 WIB

Mayoritas Pelajar Sekolah Anglikan Katolik Beragama Islam

Rep: Agung Sasongko/ Red: A.Syalaby Ichsan
Slough and Eton Church of England
Foto: dailymail
Slough and Eton Church of England

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Populasi pelajar Muslim di Sekolah Anglikan Slough and Eton Church of England Business and Enterprise College mencapai 75 persen. Fakta ini  membuat sekolah mulai menerapkan kebijakan yang mencerminkan toleransi dan rasa hormat terhadap keberagaman.

Untuk mengimplementasikannya,  ada tiga hal yang dilakukan pihak sekolah. Pertama, mereka mempersilakan siswa non-Kristen untuk tidak ambil bagian dalam himne gereja. Kedua, mereka buka ruang khusus bagi Muslim yang diperuntukan sebagai sarana ibadah.

Terakhir,  mereka siapkan makanan halal guna dikonsumsi siswa non-Kristen. Kepala sekolah Paul McAteer mengatakan, pendekatan melalui kebijakan ini merupakan bentuk perhatian sekolah terhadap eksistensi agama berbeda di sekolah.

Pihak sekolah tetap menjaga nilai-nilai universal Kristen seperti kejujuran, integritas dan keadilan. “Bahkan saya bisa katakan sekolah ini melebihi apa yang dilakukan sekolah non-Gereja,” kata dia seperti dikutip Dailymail, Senin (22/4).

Menurut McAteer,  kebijakan yang dijalankan sekolah mengandung pesan moral berupa rasa hormat dan toleransi terhadap keberagamaan siswa. Ini yang kemudian, menjadi dasar pemberian penghargaan oleh Gereja Inggris terhadap sekolah tersebut pada tahun lalu.

Data yang dipublikasikan Gereja Inggris menyebutkan lebih dari 80 persen dana yang diterima sejumlah sekolah dasar dan menengah gereja berasal dari komunitas Muslim.

Di Blackburn, sekolah Sacred Heart Primary, tampaknya bakal menjadi sekolah Katolik pertama di Inggris yang akan dikonversi menjadi sekolah agama Islam. Perubahan itu dikarenakan jumlah populasi pelajar Katolik yang menurun drastis di sekolah tersebut.

Sepuluh tahun lalu, di sekolah itu, pelajar Katolik masih menjadi mayoritas. Namun tahun ini merosot hanya tinggal tiga persen. Keuskupan setempat mengakui bahwa sekolah itu tak bisa lagi melayani kebutuhan masyarakat. Sekolah itu mesti menyediakan kepala sekolah Katolik dan 10 persen kurikulum pendidikan berbasis Katolik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement