Kamis 23 Aug 2012 13:42 WIB

Muslim AS Minta Jaminan Rasa Aman Beribadah di Masjid

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim Amerika berbincang dalam sebuah masjid di New York
Foto: AP
Muslim Amerika berbincang dalam sebuah masjid di New York

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Setiap negara di dunia sudah seharusnya menjamin hak kebebasan beragama kalangan minoritas. Harapannya, akan tercipta kehidupan keberagamaan yang lebih baik di masa depan.

Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA), Imam Mohamad Magid percaya setiap negara di dunia memiliki konstitusi yang menjamin kebebasan kalangan minoritas untuk beragama. Hanya saja, pelaksanaannya kerap tidak konsisten.

"Akibatnya, banyak kalangan minoritas yang takut dan berada dalam lingkaran kebencian. Mereka jadi korban pembakaran, vandalisme dan kejahatan," papar dia seperti dikutip thehuffingtonpost.com, Kamis (23/8).

Imam percaya kondisi itu tidak akan terjadi apabila mencontoh apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika membangun Madinah.  Nabi SAW menyadari, Madinah sebelum kedatangan beliau adalah masyarakat majemuk. Oleh beliau, setiap penganut agama dijamin melalui piagam khusus.

Di AS, kata Imam, Departemen Kehakiman, Hak dan Kebebasan Sipil telah melakukan usaha terbaiknya guna mengakhiri diskriminasi di negara ini. Pekan lalu, Islamic Center Mufreesboro akhirnya dibuka setelah mengalami sengketa. Namun, ada pekerja rumah mengingat banyak serangan rasis kepada Muslim dan masjid belakangan ini.

"Sebagai imam, saya tahu apa yang dihadapi Muslim Amerika, dan mungkin minoritas lain di dunia. Tak banyak yang kami minta, selain perasaan aman dan nyaman untuk pergi ke masjid dan shalat," kata dia.

Terkait perasaan aman itu perlu pula upaya dari masing-masing komunitas. Peran tokoh agama, akademisi dan organisasi Islam, ujarnya, sangat penting. Pertama, umat Islam, harus mengawasi penafsiran teks keagaman dan mengembangkan kerangka teologi guna mengembangkan persamaan hak dan saling menghormati. Itu sudah dilakukan oleh Piagam Al-Azhar. Mekanisme penetapan standar dan protokol kebebasan beragama dan hak-hak minoritas perlu diteruskan.

Kedua, pemimpin agama harus bertanggung jawab untuk komunitas mereka. Semisal, pemimpin agama harus memilih imam dengan hati-hati sebelum memberikan materi dalam khotbah Jumat. Ketiga, Para pemimpin agama juga harus bekerja keras mendidik masyarakat luas tentang pentingnya kebebasan beragama, baik di dalam maupun luar negeri.

Terakhir, pemimpin agama dan lembaga harus bermitra dengan kelompok-kelompok masyarakat sipil untuk menangani masalah-masalah soal kebebasan beragama. "Sebagai Muslim Amerika, kami terus bekerja sama dengan orang-orang dari semua agama untuk membangun lebih baik. Banyak pekerjaan rumah untuk membuat dunia ini aman bagi seluruh orang beriman, harapan dan doa saya bahwa para pemimpin agama di seluruh dunia dapat mewujudkan hal itu," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement