Sabtu 14 Apr 2012 10:47 WIB

Hormati Muslim, Kampus di London Larang Alkohol

ilustrasi. (foto: BBC)
ilustrasi. (foto: BBC)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON, INGGRIS - Sebuah Universitas di London akan segera membuat areal kampusnya bebas dari peredaran alkohol demi menghormati mahasiswa Muslim yang kuliah di sana. Rencana ini tidak hanya disambut baik para pelajar Muslim, namun juga organisasi anti-alkohol dan gereja.

Prof Malcolm Gillies dari London Metropolitan University mengaku akan segera merealisasikan rencana ini di dua kampus yang dipimpinnya tersebut dalam waktu enam bulan dari sekarang. Malcom merasa perlu melakukan itu karena lima persen mahasiswa yang belajar di sana adalah muslim, yang mayoritas wanita.

“Ada sejumlah siswa yang masih memiliki tradisi kalau alkohol itu jahat dan mereka harus merasa kalau mereka memiliki tempat di London Metropolitan University," kata Gillies, seperti dikutip ROL dari The Telegraph, Minggu (14/4).

“Mereka tidak perlu merasa kampus ini sebagai lingkungan alkoholik, kami adalah lingkungan pendidikan, kami tidak berusaha mendorong kultur tertentu, kami berusaha memenuhi kebutuhan siswa kami seperti yang mereka harapkan." 

Sikap Gillies ternyata mendapat respon baik dari para aktivis anti-alkohol setempat dan Gereja, yang memang sudah lama berperang melawan alkohol.

“Segala sesuatu yang menciptakan budaya dimana orang tidak dipaksa untuk minum akan menjadi langkah besar kedepan," ungkap Emily Robinson, Ketua Gerakan Prihatin Alkohol setempat. 

Hal senada juga disampaikan Paul Morrison, penasihat kebijakan dari gereja Methodis. "Jika ada konsensus diantara komunitas lokal untuk menyediakan area bebas alkohol maka kami mendukung itu."

Seperti hampir di seluruh negara di Eropa, mahasiswa di Inggris memang identik dengan budaya pesta miras (minuman keras) atau alkohol. 

London Metropolitan University atau biasa disebut London Met berdiri sejak 1 Agustus 2002. Universitas ini memiliki dua kampus yaitu di pusat kota London dan di sebuah kawasan di kota kecil di pinggiran London. 

sumber : The Telegraph
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement