Jumat 16 Dec 2011 01:01 WIB

Imam Kanada: Muslim Dianiaya Seperti Yahudi di Era Hitler

ilustrasi
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kondisi yang dialami Muslim saat ini dinilai sama seperti Yahudi di era Adolf Hitler. Di mana ketika itu, Hitler memerintahkan pemusnahan etnis Yahudi tersebut di Jerman.

Pendiri Dewan Tertinggi Islam Kanada, Syed Soharwardy, mengatakan perubahan peraturan yang mengharuskan Muslimah melepaskan niqab dan burqa ketika disumpah menjadi warga negara memojokkan Islam.

Segala bentuk intimidasi, menyudutkan Islam dan meremehkan kitab suci umat Islam yakni Alquran, tak ubahnya sama dengan perlakuan orang-orang Yahudi di Jerman.

"Muslim akan melalui situasi yang sekarang dihadapi orang-orang Yahudi sebelum Holocaust," kata Soharwardy kepada CFCN TV di Alberta.

"Itu terjadi di Jerman sebelum Holocaust, hal yang sama terjadi sekarang tentang Muslim. Jadi ini benar-benar situasi yang mengkhawatirkan," katanya lagi.

Sebelumnya, Pemerintah Federal, Senin (12/12) kemarin, telah mengajukan draft Rancangan Undang-undang (RUU) tersebut kepada Mahkamah Agung. Apabila disahkan, UU itu mewajibkan Muslimah untuk melepas burka saat menjadi warga negara Kanada. Mereka pun diharuskan pula melepas burka atau jilbab ketika pengambilan sumpah dilakukan.

Menteri Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada, Jason Kenney menilai wajar seseorang harus melepaskan jilbab saat mengambil sumpah dan itu merupakan prinsip dasar pengadilan yang mencerminkan nilai-nilai keterbukaan dan kesetaraan.

"Sumpah kewarganegaraan adalah janji seorang warga negara terhadap tanah airnya. Kalau anda menjadi warga Kanada, anda harus mengucapnya dengan nilai-nilai keterbukaan dan keseteraan itu," katanya.

Walaupun pada akhirnya kebijakan tersebut diterima Muslim Kanada. Komunitas Muslim Kanada menilai pemberlakuan Undang-undang baru yang melarang seorang Muslimah bercadar saat menjadi warga negara Kanada perlu dipertimbangkan. Namun, mereka menggarisbawahi, penerimaan aturan itu lebih kepada kepentingan keamanan Kanada.

"Aku pikir ini adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan," kata Alia Hogben, Direktur eksekutif Dewan Perempuan Muslim Kanada seperti dikutip arabnews.com, Selasa (13/12).

Hogben menyadari sebagian muslimah merasa tidak nyaman dengan masalah ini. " Aku pikir, ini bukan masalah besar. Namun, kedua belah pihak harus mengakomodasi satu sama lain," katanya.

Hogben mengatakan ada kondisi dimana wajah seseorang perlu untuk dilihat. "Aku bisa mengerti untuk masalah keselamatan atau keamanan," katanya.

sumber : www.abna.ir
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement