Ahad 13 May 2018 13:27 WIB
Tradisi Ramadhan

Masjid Pathok Negara Gelar Kirab Seribu Santri

Gelaran ini merupakan wujud syukur atas kedatangan bulan suci Ramadhan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Puluhan Pria jamaah masjid Pathok Negara menarikan tarian Rodat atau sering disebut Tari Sufi Jawa dengan iringan Sholawat dan Rebana di Masjid Pathok Negara Jalan Plosokuning Raya No. 99 Minomartani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Ahad (28/5).
Foto: Republika/Nico Kurnia jati
Puluhan Pria jamaah masjid Pathok Negara menarikan tarian Rodat atau sering disebut Tari Sufi Jawa dengan iringan Sholawat dan Rebana di Masjid Pathok Negara Jalan Plosokuning Raya No. 99 Minomartani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Ahad (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, Masjid Pathok Negara di Plosokuning menggelar Kirab Seribu Santri. Gelaran yang sudah dilaksanakan sejak 10 tahun lalu ini merupakan wujud syukur atas kedatangan bulan penuh barokah Ramadhan.

Deretan gerobak sapi memang sudah terparkir di sepanjang Jalan Plosokuning Raya, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY, sejak Ahad (13/5) pagi. Di samping gerobak, tampak para pengendara yang sibuk membersihkan gerobaknya.

Sejumlah hiasan dipersiapkan pula para pengendara, dan dikenakan ke pasangan-pasangan sapi yang tampak berbaris rapi di sekitaran masjid. Beberapa ratus meter dari masjid, anak-anak TK sudah bersiap dengan baju-baju daerah dan alat-alat musiknya.

Sekitar pukul 07.30, dirijen cilik di panggung memberi komando kepada pengibar bendera untuk siap. Sesuai aba-abanya, anak-anak lain yang memegang alat-alat musik langsung menarikan tangan-tangannnya untuk menciptakan harmonisasi lagu-lagu daerah.

Ketua Takmir Masjid Pathok Negara Plosokuning, Kamalludin Purnomo mengatakan, Kirab Seribu Santri memang merupakan tradisi masyarakat Plosokuing menyongsong Ramadhan. Tujuannya, tidak lain menunjukkan rasa syukur telah dipertemukan lagi dengan Ramadhan.

"Rasa syukur kalau kita akan dipertemukan Ramadhan, bulan penuh barokah," kata Kamal kepada Republika.co.id. Ahad (13/5).

Setelah dibuka dengan penampilan anak-anak TK dan nyanyian-nyanyian religi dari ibu-ibu pengajian Plosokuning, rombongan gerobak sapi memulai perjalanannya berkeliling. Diisi anak-anak, pawai akan menempuh sekitar empat kilometer sekitaran Plosokuning.

Rombongan akan pula memutar ke daerah-daerah seperti Condong Catur, Wedomartani dan lain-lain. Selain itu, panggung utama akan menampilkan nyanyian-nyanyian religi yang akan berlangsung sampai malam hari.

Menurut Kamal, panggung musik religi memang menjadi pembeda untuk gelaran Kirab Seribu Santri tahun ini. Ia berharap, musik-musik religi bisa bangkit lagi dan berkaitan erat dengan kehidupan kemasjidan.

Ia menambahkan, kegiatan ini turut menekankan agar nilai-nilai tauhid dapat ditanamkan kepada masyarakat sejak anak-anak. Kamal berpendapat, jika telah ditanamkan sejak dini tentu perjalanan kehidupan anak-anak akan penuh religius.

"Penanaman tauhid harus dari anak-anak, kalau ditanamkan kehidupan Islami sejak dini, saat tuanya akan lekat dengan religius," ujar Kamal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement