Jumat 04 May 2018 20:07 WIB

Tradisi Sastra Islam di Asia Tengah

Salah satu penulis terkenal Asia Tengah abad ke-19 adalah Yusuf Khashsh Hajib.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tradisi sastra Islam di Asia Tengah pernah tumbuh subur. Wilayah yang terdiri atas Uzbekistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, hingga Turkmenistan ini melahirkan banyak pujangga Muslim pada abad kesembilan hingga 10 Masehi.

 

Asia Tengah berpenduduk asli ras Turki. John Esposito menulis, pada periode kerajaan Islam yang berlangsung hingga paruh kedua abad ke-19, banyak sekali karya sastra dan puisi dihasilkan. Para pujangga dan penyair berkreasi di bawah perlindungan kaisar, raja, sultan, dan emir.

 

Sebagian besar dinasti yang terkenal sebagai tempat lahirnya karya-karya sastra adalah Dinasti Qarakhaniyah (abad ke-10), Timuriyah (abad ke-14 sampai 16), hingga Emir Khoqand, Umarkhan pada akhir abad ke-10.

 

Salah satu penulis terkenal Asia Tengah abad ke-19 adalah Yusuf Khashsh Hajib. Dia merupakan orang yang melahirkan sajak didaktis panjang, "Kutadghu Bilig". Sebuah karya tertua dalam sastra Turki Asia Tengah. Sayangnya, banyak karyanya yang lain tak berhasil diselamatkan.

 

Pujangga lainnya adalah Ahmad Yasavi. Dia dikenal sebagai sufi dan penyair Turki Asia Tengah. Yasavi lahir pada paruh kedua abad ke-11 di dekat Kota Sairam, Turkistan. Divan-I-Hikmat, sebuah kumpulan puisi karakter didaktis karya Yasavi yang ditulis dalam bahasa Turki, masih masyhur di kalangan rakyat Uzbekistan dan Kazakhstan.

 

Sajak-sajak Yasavi menciptakan genre baru dalam sastra Turki Asia Tengah, yakni puisi rakyat religius. Pada abad berikutnya banyak penyair religi yang dipengaruhi Yasavi, seperti Shufi Allahiar dan Sulaiman Baqirghani. Penyair-penyair terkenal lain pada abad ke-13 hingga 14 yang karyanya masih bisa dinikmati hingga sekarang, antara lain, Quthb, Khvarizmi, dan Durbek.

 

Sebuah prosa pada paruh kedua abad ke-14 yang tertulis dalam bahasa Turki pun dikenal legendaris. Padahal, karya ini tak pernah diketahui siapa pengarangnya. Prosa berjudul "Nahjul Faradis" tersebut terdiri atas empat bagian. Bagian pertama adalah tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, bagian kedua melukiskan Khulafa Al Rasyidin, ketiga tentang Ali, dan keempat tentang Imam.

 

Meski banyak dinasti yang berperan dalam mengembangkan sastra di Asia Tengah, pada pemerintahan Dinasti Timuriyah karya-karya sastra tersebut bisa dikatakan mendapat momentum untuk berkembang. Sajak-sajak Luthfi, Atayi, Sakkaki, Gada'i, Nava'i, hingga Babur masih dibaca dan mendapat penghargaan tinggi dari rakyat Asia Tengah hingga sekarang.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement