Kamis 26 Apr 2018 04:41 WIB

Palembang di Masa Banten dan Mataram

Palembang merupakan penghasil lada yang merupakan komoditas unggulan pasar Eropa.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Petani lada (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani lada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada akhirnya, Banten ingin meluaskan wilayahnya hingga ke Palembang sebagai penghasil lada.Di pasar Eropa, harga rempah-rempah ini bisa sangat tinggi, tetapi selalu laku.

Dalam pembendaharaan kata bahasa Belanda, misalnya, ada peperduuryang secara harfiah berarti `semahal lada.' Ungkapan itu muncul karena masyarakat Benua Biru memandang lada sama bernilainya dengan emas.

Pada waktu itu, Palembang sudah mandiri lantaran mengandalkan muara Sungai Musi sebagai bandar perda gangan lada.Seperti dituturkan Prof Hamka dalam bukunya, Sejarah Umat Islam, pada 1596 pecahlah perang antara Palembang dan Banten.Ki Geding Suto memimpin armada Palembang.

Sedangkan, Banten dikomandoi Maulana Muhammad.Dalam pertempuran ini, pasukan Banten menderita kekalahan.Ambisinya menguasai basis perdagangan lada di Sumatra pun sirna.

Banten meredup maka muncul Kesultanan Mataram. Sejak dipimpin Sultan Agung, kerajaan ini dengan cepat melakukan ekspansi. Pada 1628, misalnya, Mataram bahkan berupaya merebut Batavia dari Kompeni, tetapi sampai akhir masa pemerintahannya Sultan Agung tidak berhasil mewujudkan ambisinya ini.

Bagaimanapun, wilayah Mataram telah meluas di hampir seluruh Pulau Jawa, bahkan hingga sebagian Sumatra. Pada 1636, Sultan Agung berhasil menundukkan Palembang. Mataram tidak terlalu mengekang Palembang.

Setelah Sultan Agung turun takhta pada 1645, Kesultanan Palembang mulai melembaga.Raja pertamanya bernama Kiai Mas Endi, yang bergelar Susuhunan Sultan Abdurrah man Khalifatul al-Mukminin Sayyid al-Iman. Dia berkuasa dalam periode 1659-1702.

Penggantinya merupakan putranya sendiri, Sultan Muhammad Mansur (1702-1714).Setelah itu, tampuk kekuasaan beralih kepada adik Mansur, Sultan Komaruddin (1714-1724).Penerusnya berturut-turut adalah Sultan Machmud Badaruddin I (1724-1757), Sultan Ahmad Najamuddin I (1757-1776), Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1804), dan Sultan Machmud Badaruddin II (1804- 1821). Di bawah pemerintahan Sultan Machmud Badaruddin II, kerajaan ini mencapai masa jaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement