Rabu 25 Apr 2018 11:03 WIB

Al-Asma'i Kembangkan Sains dan Zoologi

Ia menulis tentang kuda dalam bentuk buku yang berjudul Kitab al-Khail.

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto: Photobucket.com/ca
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak belia, al-Asma’i memang telah dididik dalam lingkungan agama Islam yang sangat kuat. Selain mendengarkan banyak hadis, ia banyak menghafal ayat suci Alquran. Ia fasih menceritakan kisah-kisah perang kuno yang terjadi di negeri-negeri Arab.

Tak heran jika ia pun dikenal sebagai sejarawan. Pada perkembangan selanjutnya, di kalangan intelektual, al-Asma’i lebih dikenal sebagai sastrawan mumpuni. Bahkan, melalui sastra, ia kemudian menjalin hubungan dengan kekuasaan dan mendapatkan kepercayaan dari sang khalifah.

Ini seakan mengukuhkan sebuah kesadaran yang pernah dilontarkannya. Menurut Makdisi, al-Asma’i pernah mengatakan bahwa sastra dapat mengangkat derajat seseorang dari keturunan yang rendah. Tak sampai di situ, menurut dia, di antara golongan manusia yang menderita adalah mereka yang bergaul dengan para sastrawan, tapi tak memiliki rasa sastra.

Di sisi lain, al-Asma’i dikenal sebagai salah satu sosok yang paling awal mengembangkan sains dan zoologi. Menurut ilmuwan George Sarton, dalam bidang ini banyak karya yang telah al-Asma’i hasilkan. Di antaranya, ia menulis tentang kuda dalam bentuk buku yang berjudul Kitab al-Khail.

Selain itu, al-Asma’i juga menulis tentang unta dalam Kitab al-Ibil, soal biri-biri juga menjadi kajian yang menarik dirinya dan dituliskan dalam Kitab al-Sha, buku tentang binatang-binatang buas Kitab al-Wuhus, serta penciptaan manusia yang terangkum dalam Kitab Khalq al-Insan.

Melalui buku-buku ini, Sarton mengatakan Muslim telah sejak awal mengenai ilmu anatomi manusia. Seakan menguatkan pernyataan Sarton itu, dalam karyanya yang menguraikan tentang penciptaan manusia, al-Asma’i menunjukkan pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia secara perinci dan akurat.

Dan, serangkaian karya tersebut mencuri perhatian besar dan sangat dikenal di Austria pada paruh kedua abad ke-19. Bukunya yang berjudul Kitab al-Farq, diedit oleh DH Muller dan diterbitkan di Wina. Buku lainnya, yaitu buku tentang binatang buas yang diedit oleh R Geyer di Wina pada 1887 Masehi.

Selama tinggal di Baghdad, selain mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan ilmunya, al-Asma’i juga meraih penghidupan yang sangat layak. Apalagi, ia menjadi cendekiawan yang mendapatkan kepercayaan khalifah. Ia tetap dikenang melalui kecerdasan dan karya-karyanya. Ia meninggal dunia pada 828 Masehi.

Namun, kisah al-Asma’i tak sirna seiring dengan kematian sang cendekiawan. Sebab, Ibnu Khallikan, seorang penulis biografi yang berasal dari Irbil, Irak, menuliskan tentang al-Asma’i dalam karya biografinya. Khallikan dikenal pula sebagai seorang teolog, ahli hukum, dan pakar tata bahasa yang masyhur.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement