Jumat 13 Apr 2018 13:40 WIB

Masjidil Aqsha dan Sakhra Qubatush, Saksi Isra Mi'raj

Saat itu Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsha belum menjadi masjid seperti sekarang.

Langit malam (ilustrasi).
Foto: funfurl.com
Langit malam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjidil Aqsha adalah salah satu tempat suci umat Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di kawasan Baitul Maqdis, Kota Yerusalem Timur. Di depan bangunan masjid yang masih di kompleks Baitul Maqdis, terdapat bangunan kubah warna hijau yang dikenal sebagai Qubatush Sakhra atau Dome of Rock. Bangunan kubah ini untuk melindungi batu hitam Sakhrah Muqaddasah yang menjadi pijakan Rasulullah saat menuju Sidratul Muntaha.

Bila merunut dari kisah Isra Mi'raj Rasulullah SAW, antara bangunan Masjidil Aqsha dan Sakhrah Muqaddasah ini menjadi bagian yang tak terpisahkan. Keduanya ibarat dua sejoli yang memegang peran penting dalam sejarah Islam karena menjadi saksi sejarah perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.

Nama Masjidil Aqsha, bila diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, memiliki makna 'masjid terjauh'. Istilah ‘terjauh’ dalam pengertian ayat Alquran adalah sebagai yang terjauh dari Makkah.

Nama al-Aqsha itu sendiri disebutkan dalam Alquran pada surat al-Isra' ayat 1. Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah SWT telah memperjalankan Rasulullah SAW pada malam hari, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Berdasarkan nilai sejarah ini, Masjidil Aqsha menjadi tempat suci ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Apalagi, Masjidil Aqsha juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam, sebelum datang perintah Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengarahkan kiblatnya ke Baitullah (Ka’bah) di Masjidil Haram.

Dalam beberapa keterangan disebutkan, ketika Allah memerintahkan shalat menghadap ke Masjidil Aqsha, hal itu dimaksudkan agar umat Islam dalam shalatnya menghadap ke tempat yang suci, bebas dari berbagai macam berhala dan sesembahan. Ketika itu, kondisi Masjidil Haram masih belum berupa bangunan masjid, sedangkan Ka’bah masih dipenuhi berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa disembah oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam.

Selain itu, bila pada masa tersebut Rasulullah SAW melaksanakan shalat yang menghadap ke Masjidil Haram, hal itu akan membanggakan kaum kafir Quraisy. Kaum Quraisy akan menganggap bahwa Rasulullah juga menyembah berhala-berhala mereka yang ada di Ka’bah. Inilah salah satu hikmah shalat umat Islam pada masa awal, masih menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha.

Ketika Isra Mi'raj terjadi, baik Masjidil Haram maupun Masjidil Aqsha, sebenarnya masih belum berupa bangunan masjid seperti yang ada pada bangunan masjid saat ini. Di Masjidil Haram hanya ada bangunan Ka’bah, sedangkan di Masjidil Aqsha hanya ada Qubatush Sakhra. Saat itu, al-Shakhra masih berupa batu di atas gundukan tanah (Bukit Moria) yang dipenuhi debu.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement