Rabu 21 Mar 2018 17:23 WIB

Kaligrafi Menyebar Merata di Dunia Islam, Apa Sebabnya?

Ada peranan Alquran sebagai kitab suci umat Islam dalam pengembangan kaligrafi.

Kafilah menjalani lomba kaligrafi dan dekorasi yang merupakan rangkaian MTQ Nasional ke XXVI di Gedung Graha Bhakti Praja Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/8).(Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Kafilah menjalani lomba kaligrafi dan dekorasi yang merupakan rangkaian MTQ Nasional ke XXVI di Gedung Graha Bhakti Praja Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/8).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan seni menulis kaligrafi ke berbagai kawasan di dunia tidak terlepas dari peranan Alquran sebagai kitab suci umat Islam. Di samping itu, masih ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kaligrafi dapat berkembang pesat dan menyebar demikian merata di dunia Islam. berikut ini adalah faktor-faktor yang memengaruhinya.

Pertama, pengaruh ekspansi kekuasaan Islam. Setidaknya, ada tiga hal yang berkaitan dengan ekspansi kekuasaan Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ekspansi itu segera meluas jauh ke luar Jazirah Arab. Tiga hal tersebut adalah urbanisasi besar-besaran ke wilayah baru, pertemuan budaya antara Islam dan budaya wilayah taklukan, dan proses Arabisasi pada wilayah tersebut.

Pada masa Daulah Umayyah, wilayah taklukan Islam ke timur telah mencapai perbatasan Cina dan India. Sementara itu, ke barat mencapai wilayah tepian Atlantik. Penaklukan wilayah ini segera diikuti oleh pengaturan administrasinya. Pada tahun 50 H/670 M misalnya, Umayyah mendirikan Kota Qairawan (di Tunisia sekarang), sebuah perkemahan permanen sebagai pertahanan. Pendirian kota seperti ini segera terjadi di berbagai wilayah taklukan lain pada abad berikutnya.

Sebagai akibat perluasan wilayah taklukan di masa Kekhalifahan Daulah Umayyah, terjadilah mobilitas sosial dalam masyarakat Islam. Karena itu, masyarakat Islam selama 50 tahun pertama dikenal sebagai masyarakat yang sangat dinamis, baik secara sosial maupun geografis. Orang Arab yang berasal dari Jazirah Arab menjadi komunitas yang paling banyak berpindah. Mereka berurbanisasi ke wilayah yang jauh, seperti Suriah, Mesir, Afrika Utara, Mesopotamia, atau ke Khurasan (Iran).

Migrasi dan urbanisasi itu mau tak mau juga melibatkan kaum seniman dan budayawan Muslim. Hal ini memungkinkan terjadinya pertemuan budaya antara Arab (Islam) dan wilayah pusat kebudayaan, seperti Mesopotamia, Bizantium, dan Persia. Hal ini berpengaruh besar bagi kekayaan dan kemajuan seni Islam.

Satu hal yang tidak mungkin dikesampingkan dalam proses ini adalah Arabisasi wilayah taklukan. Pada awal sejarah Islam, Daulah Umayyah merupakan pemerintah yang menerapkan kebijakan administratifnya berdasarkan ide-ide kearaban. Ini mengakibatkan meluasnya pemakaian bahasa Arab dalam wilayah taklukan.

Proses Arabisasi ini terus dilanjutkan oleh pemerintahan yang berkuasa setelah Daulah Umayyah. Karena itu, bahasa Arab akhirnya menjadi bahasa akademis dan kesusastraan. Di pihak lain, huruf Arab pun kemudian menjadi huruf untuk bahasa non-Arab, seperti bahasa Parsi, Urdu, Turki, dan Melayu.

Kedua, peranan raja dan elite sosial. Pesatnya perkembangan kaligrafi Islam sangat erat kaitannya dengan dukungan dan fasilitas yang diberikan oleh raja dan kaum elite sosial yang memungkinkan seniman Muslim mengembangkan kreativitasnya. Sejumlah catatan sejarah membuktikan hal ini. Diceritakan bahwa gaya tulisan tumar (lembaran halus daun pohon tumar) diciptakan atas perintah langsung Khalifah Mu'awiiyah (40 H/661 M-60 H/680 M). Gaya ini kemudian menjadi tulisan resmi pemerintahan Daulah Abbasiyah.

An-Nadim dalam kitabnya al-Fihrist menyebutkan bahwa masa pemerintahan Khalifah Ma'mun (197 H/813 M-218 H/833 M) merupakan kulminasi perkembangan kaligrafi. Para penulis di masa itu aktif dalam memperindah huruf Arab. Sementara itu, dukungan pihak istana terhadap pertumbuhan kaligrafi terus berlanjut pada kurun berikutnya di berbagai wilayah dunia Islam. Beberapa sultan Daulah Usmani di Turki dikenal sebagai ahli kaligrafi. Mereka bahkan tak segan belajar kaligrafi kepada penulis istananya.

Kemudian, pembukaan kota besar sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan Islam juga membawa pengaruh bagi tumbuhnya kaum elite tertentu di masyarakat. Dengan ditunjang oleh pengaruh ekonomi (perdagangan) serta kontak budaya, kaum elite ini memberikan perhatian yang cukup besar terhadap karya seni. Benda seni, seperti keramik bertuliskan kaligrafi, sangat disukai kaum ini. Pada masa itu, juga mulai bermunculan perajin non-Muslim berkebangsaan Yunani dan Koptik serta terdapat pula pengaruh produksi benda seni dari Cina.

Ketiga, pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan. Minat terhadap ilmu pengetahuan yang telah tumbuh sejak masa Daulah Umayyah mengalami perkembangan luar biasa pada masa berikutnya. Kitab al-Fihrist menyebutkan minat keilmuan yang bermula dari studi keagamaan kini melebar ke ilmu filsafat, kedokteran, dan lainnya. Proyek penerjemahan karya Yunani, Parsi, dan Sanskrit memicu pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Berkembangnya tradisi keilmuan ini segera diikuti oleh tumbuhnya toko buku, perpustakaan (baik pribadi maupun umum), dan kelompok studi keilmuan di berbagai kota penting. Kecintaan kepada buku dan tulisan dalam waktu yang sama merangsang pengindahannya. Dan, kertas yang dikenal oleh orang Arab dari Cina pada tahun 133 H/751 M memungkinkan mereka berkreasi lebih leluasa. Pemakaian kertas yang segera meluas ke berbagai kota Islam merupakan salah satu sebab utama perkembangan berbagai ragam gaya tulisan kaligrafi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement