Rabu 21 Mar 2018 14:36 WIB

Mengenal Metode Dakwah Sunan Ampel

Metode dakwah ini terbukti dapat memperbaiki moralitas masyarakat.

Dakwah/ilustrasi
Dakwah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sunan Ampel sangat berjasa dalam penyebaran dan perkembangan Islam di Nusantara. Dalam perjalanannya ke Trowulan, ibu kota Majapahit, atas undangan Prabu Sri Kertawijaya, Sunan Ampel terlebih dahulu singgah di Palembang dan Tuban untuk menyebarkan Islam di kawasan itu. Kehadirannya di Trowulan merupakan titik balik sejarah keagamaan masyarakat Majapahit, dari pemeluk Hindu menjadi Muslim.

Nama asli Sunan Ampel adalah Sayyid Ali Rahmatullah. Beliau diperkirakan lahir pada 1401 M. Ayahnya bernama Syekh Ibrahim Asmarakandi, seorang ulama dari Samarkand, Asia Tengah, yang menikah dengan putri Raja Campa (Kamboja), Dewi Candrawulan.

Sayyid Ali Rahmatullah menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Tumenggung Arya Teja, bupati Tuban. Sejak saat itu, gelar pangeran dan raden disematkan kepadanya. Raden Rahmat, demikian beliau kemudian dikenal. Sedangkan nama Ampel, berasal dari nama tempat Raden Rahmat bermukim, yaitu Ampel Denta yang kini termasuk kawasan Surabaya. Kawasan Ampel Denta dihadiahkan oleh Raja Majapahit untuk mendukung gerakan dakwah Sunan Ampel yang berorientasi pada perbaikan moral masyarakat.

Dalam metode dakwah Sunan Ampel, dikenal ada istilah moh limo dari bahasa Jawa yang berarti tidak mengerjakan lima hal tercela. Di antaranya, moh main (tidak berjudi), moh ngombe (tidak mabuk-mabukan), moh maling (tidak mencuri),moh madat (tidak mengisap candu), dan moh madon (tidak berzina).

Metode dakwah ini terbukti dapat memperbaiki moralitas masyarakat yang konon saat itu telah merosot sampai pada level yang memprihatinkan. Inilah salah satu alasan mengapa Prabu Sri Kertawijaya memberikan keleluasaan kepada Sunan Ampel, menyebarkan Islam kepada semua tingkatan sosial masyarakat. Di Ampel, beliau mendirikan sarana ibadah yang kini menjadi Masjid Sunan Ampel dan sarana pendidikan untuk menunjang internalisasi ajaran dan nilai-nilai keislaman, menggantikan keyakinan lama.

Jasa Raden Rahmat begitu besar hingga mendapat gelar sunan. Yaitu, sebuah gelar yang disandangkan kepada orang yang secara personal telah mencapai tingkat spiritualitas yang tinggi. Dan, baik secara sosial maupun politik, memiliki pengaruh yang sangat luas.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement