Selasa 20 Mar 2018 16:52 WIB

Keutamaan Berzikir kepada Allah

Rasulullah SAW senantiasa menyebut nama Allah dalam keadaan apa pun.

zikir
Foto: rep
zikir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu topik bahasan dalam kitab Riyadh al-Shalihin karya Imam Nawawi adalah keutamaan berzikir kepada Allah SWT bagi seorang manusia.

Sebagaimana diketahui, hampir seluruh bab (masing-masing topik bahasan) dalam kitab ini selalu dimulai dengan ayat Alquran. Pun, demikian halnya pada bab tentang keutamaan berzikir.

Imam Nawawi mengawalinya dengan mencantumkan surah Al-Ankabut ayat 45. ''Dan, sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya) dibandingkan ibadah lainnya.'' (Al-Ankabut 45).

Lalu, dilanjutkan lagi dengan tambahan beberapa ayat lain sebagai penguatnya (taukid). ''Dan, berzikirlah (ingatlah) kamu kepada-Ku, niscaya aku akan senantiasa mengingat kalian.'' (QS Albaqarah: 152). ''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (Al-A'raf: 205). ''Dan, ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.'' (Aljumuah: 10).

''Sesungguhnya, laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.'' (QS Al-Ahzab: 35).

Dan, masih banyak lagi ayat lainnya tentang keutamaan berzikir.

Setelah memulai pembahasan dengan ayat-ayat tersebut, pada bab tentang keutamaan berzikir ini, Imam Nawawi mengawalinya dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA.

Rasulullah SAW bersabda, '' Dua kalimat yang ringan diucapkan, namun berat dalam timbangan serta dicintai Allah yang Maha Penyayang adalah Subhanallah wa bihamdihi, subhanallah al-Azhim.'' (Muttafaqun 'Alaihi disepakati oleh para ahli hadis).

Hadis serupa juga diriwayatkan Muslim dari Abu Malik Al-Asy'arie yang maknanya adalah kebersihan itu separuh dari iman dan Alhamdulillah itu memberatkan timbangan, sedangkan Subhanalllah walhamdulillah didengar oleh mereka yang ada di langit dan bumi.

Juga, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Subhanallah (tasbih), walhamdulillah (tahmid), wa laailaha illa Allah (tahlil), dan Allahu Akbar (takbir), lebih aku sukai.'' (HR Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, ''Siapa yang mengucapkan Laa ilaha Illa Allah wahdahu laa syarika lah, lahu al-Mulku, walahu al-Hamdu, wa huwa 'ala kulli syai'in qadir setiap hari 100 kali, maka baginya akan ditulis 10 keadilan, dicatat 100 kebajikan dan dihapuskan 100 kemiskinan. Dan, barang siapa yang membaca Subhanallah Wabihamdihi setiap hari sebanyak 100 kali, maka baginya akan dihapuskan segala dosa walaupun dosanya itu laksana buih di lautan.'' (Muttafaq alaih).

Dari Abu Dzar RA, Rasulullah SAW berkata kepadaku, ''Maukah aku kabarkan kepadamu sebuah kalimat yang disukai Allah? Kalimat itu adalah Subhanallah wa bihamdihi.'' (HR Muslim).

Kemudian, diriwayatlah oleh para ahli hadis yang bersumber dari Mughirah bin Syu'bah RA, Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila kalian telah selesai shalat dan salam, hendaklah kamu ucapkan Laa Ilaha Illa Allah wahdahu laa syarika lah, lahu al-mulk wa lahu al-Hamdu, wa huwa 'ala kulli syai'in qadir. Kemudian, dilanjutkan dengan Allahum laa mani'a limaa A'thaita, wala mu'thiya limaa mana'ta, wa laa yanfa'u dza al-jad minka al-Jadd. (Muttafaq Alaih).

Dalam bab ini, Imam Nawawi juga menjelaskan keutamaan berzikir bagi orang yang dalam keadaan duduk, berbaring, haid, atau junub. Orang yang junub dan haid tidak dihalalkan membaca Alquran.

''Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.'' (QS Ali Imran ayat 190-191).

Seperti diriwayatkan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW senantiasa menyebut nama Allah dalam keadaan apa pun.

''Dan, bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling.''(QS Alkahfi: 28).

Bahkan, ketika akan tidur pun, seseorang dianjurkan untuk senantiasa ingat akan Allah. Merujuk pada surat Ali Imran ayat 90-91, mereka senantiasa berzikir di kala berdiri, duduk, dan berbaring.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Huzaifah dan Abu Dzar RA, "Sesungguhnya, Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila kalian beranjak menuju tempat tidur (mau tidur), bacalah Bismika Allahumma Ahya wa bismika Amut. Dengan nama-Mu ya Allah yang menghidupkan dan dengan nama-Mu pula saya mati'."

Dalam riwayat Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, Rasulullah mengajarkan keduanya agar senantiasa bertasbih, bertakbir, dan bertahmid (memuji Allah), masing-masing sebanyak 33 kali.

Dan, dari Aisyah RA, diriwayatkan oleh ahli hadis, Rasulullah mengajarkan agar sebelum tidur seorang Muslim dianjurkan untuk membaca surah Al-Ikhlas, Alfalaq, dan Annas, masing-masing sebanyak tiga kali. Dengannya, dirinya akan terpelihara dari gangguan setan dan hasutan para jin.

Dari beberapa keterangan ini, sudah seharusnya setiap Muslim untuk senantiasa berzikir (ingat) kepada Allah, menyucikan nama-Nya, mengagungkan asma-Nya, dan mensyukuri atas segala karunia dan nikmat yang telah diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Sungguh sangat naif bila seorang manusia yang telah diberikan berbagai karunia itu enggan untuk melaksanakan shalat, tak mau berzikir, dan tak mau bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

Karena itu, banyaknya majelis-majelis zikir saat ini hendaknya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. Bukan dengan mempersoalkan dan menuduh serta menganggap kegiatan zikir tersebut sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Alquran ataupun hadis Nabi SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement