Selasa 13 Feb 2018 19:50 WIB

Lima Kriteria Sahabat Sejati

Salah pergaulan hanya akan menyisakan duka dan penyeselan mendalam kemudian hari.

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Sahabat Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Sahabat Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  “Ingin tahu perangai seseorang, bertanyalah kepada teman dekatnya. Tiap teman akan mengikuti sahabatnya itu.”

Bait itu adalah penggalan senandung terkenal yang dirangkai oleh penyair terkemuka di abad kelima Masehi Addi bin Zaid al-'Ibadi. Sosok pendeta itu boleh saja hidup prarisalah Islam, tetapi petuah-petuah bijaknya masih terekam apik di khazanah sastra klasik pra-Islam. Mencari teman, bukan hal yang mudah.

Tetapi, tak berarti perkara rumit pula. Teman, seperti penegasan 'Addi adalah cermin bagi sahabatnya. Intensitas komunikasi dan pergumulan keduanya itulah yang membantuk karakter, seiya sekata.

Dalam Islam, seperti dijelaskan oleh Syekh Hayat 'Iyadi pada makalahnya yang berjudul as-Shadaqah fi al-Islam, teman memiliki peran krusial di perjalanan hidup seseorang. Teman menjadi penentu saleh tidaknya kehidupan seseorang.

Sebuah riwayat dari Ahmad, mengibaratkan posisi seorang teman. Teman menjadi tolok ukur guna menakar sejauh mana tingkat kesalehan atau kualitas keagamaannya. “Seseorang itu ditentukan oleh agama sahabatnya,” demikian sabda Rasulullah SAW.

Atas dasar inilah, hendaknya tidak sembarang memilih teman. Bergaul dengan para penjual minyak wangi maka aroma harum semerbak akan menempel. Berteman dengan peniup di dapur pandai besi maka bau asap menyengatlah yang akan didapat.

Demikian titah Rasul. Salah pergaulan hanya akan menyisakan duka dan penyeselan mendalam kemudian hari. Bila berkawan di koridor negatif, berpotensi pula menjerumuskan di jurang yang sama. Jika bersahabat dengan para saleh, atmosfer kebaikan yang sama akan kita raih.

Inilah mengapa Imam Ibnu al-Jauzi pernah menyodorkan lima kriteria sahabat sejati, yakni berakal sehat, berbudi luhur, tidak fasik, tidak suka mengada-ada, dan tidak materialistis. Bila kelima kriteria ini terpenuhi, sebut pengarang kitab al-Maudhu'at di bidang hadis itu, pertemanan dan persahabatan yang terjalin tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga di akhirat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement