Selasa 23 Jan 2018 18:41 WIB

Muslim Maladewa Cintai Islam Sepenuh Hati

Maladewa tidak anti terhadap pendatang atau orang-orang yang berbeda agama.

Muslim Maladewa melakukan shalat Ied. Kini, khatib tak lagi bebas berkhutbah.
Foto: vinienco.com
Muslim Maladewa melakukan shalat Ied. Kini, khatib tak lagi bebas berkhutbah.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sejak 1153 hingga 1968, Pemerintahan Maladewa berbentuk kesultanan Islam yang independen. Setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris, bentuk pemerintahan kesultanan hanya bertahan selama tiga tahun dan kemudian dihapuskan serta diganti menjadi republik.

Republik Maladewa adalah salah satu atau bahkan mung kin satu-satunya negara di du nia yang mendeklarasikan diri sebagai negara dengan pendu duk 100 persen Muslim. Karena itu, sa ngat wajar bila penguasa negeri ini menerapkan syariat Islam di seluruh negeri.

Salah satu contoh dari bentuk penerapan syariat Islam itu adalah tutupnya toko-toko dan pusat bis nis 15 menit sebelum masuknya waktu shalat dan dibuka kembali paling cepat 15 menit setelah shalat. Namun demi kian, Maladewa tidak anti terhadap pendatang atau orang-orang yang berbeda agama.

Mereka menghormati keberagaman, namun mencintai Islam dengan sepenuh hati. Penduduk negeri ini pada umumnya juga familiar dengan Indonesia sebagai negara ber penduduk Muslim terbesar di dunia.

Laporan The Royal Islamic Strategic Research Centre (RISSC) yang dipublikasikan pada 2010 menyebutkan, sebanyak 99,41 persen penduduk Maladewa adalah Muslim. Islam menjadi bagian penting dalam derap kehidupan negeri ini.

Sebagai negeri dengan penduduk nyaris 100 persen Muslim, masjid tentu bukan barang asing. Di berbagai wilayah, masjid menjadi pusat kegiatan Islam. Pada hari Jumat ketika umat Islam beribadah ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat, perto koan dan kantor di kota maupun desa tutup pada pukul 11.00.

Kota Male sebagai ibu kota negara memiliki lebih dari 30 masjid. Sebagian besar masjid tampil dengan warna putih dan konstruksi batu karang ber atap kan seng besi. Di Male, terdapat Islamic Center dan Masjid Grand Friday yang dibangun pada 1984 dengan pendanaan dari negara-negara Timur Te ngah, Pakistan, Brunei, dan Ma lay sia.

Kubah berwarna emas pada masjid ini menjadi pemandangan indah yang akan terlihat pertama kali ketika memasuki Kota Male. Pada pertengahan 1991, Maladewa memiliki 725 masjid, termasuk 266 masjid khusus perempuan.

(Baca: Maladewa Negeri Wisata)

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement