Kamis 18 Jan 2018 06:16 WIB

Gagasan Pemikiran ar-Razi, Seperti Apa?

Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Maha Elkaisy-Friemuth dalam artikelnya, God and Creation in al-Razi Commentary on the Quran, memaparkan beberapa gagasan al-Mathalib. Fakhruddin ar-Razi men definisikan 'kekuasaan' sebagai kemam puan melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (al-fi'l wa al-tark). 

Dengan kata lain, zat yang berkuasa adalah yang mampu melakukan sesuatu dan kebalikan dari sesuatu itu. Akan tetapi, ar- Razi mengeksplorasi definisi ini lebih lanjut. Menurut dia, jika Tuhan tidak melakukan sesuatu, maka ketiadaan akan tetap tiada.

Sementara itu, jika Tuhan melakukan sesuatu, ketiadaan maka menjadi ada. Alam semesta bergantung pada apa saja yang Tuhan lakukan. Dengan demikian, kon sep bahwa Tuhan merupakan zat yang mam pu melakukan sesuatu atau menahan diri dari melakukan sesuatu tidak kukuh lagi. Sebab, kata dia, Tuhan tidak dapat menahan Diri-Nya dari melakukan sesuatu.

Sampai pada poin ini, tampaknya Fakh ruddin ar-Razi sejalan dengan beberapa filsuf yang berpandangan bahwa Tuhan selalu aktif melakukan sesuatu. Akan tetapi, bagi ar-Razi, keaktifan itu bukan bagian dari sifat-sifat wajib Tuhan, melainkan semata-mata konsekuensi logis dari ke-Mahakuasaan Tuhan.

Dalam kitab yang sama, Fakhruddin ar-Razi juga membahas tentang pengetahuan. Dia mendefinisikan pengetahuan sebagai hubungan antara subjek yang mengetahui dan objeknya. Hal ini antara lain berarti adanya citra atau konsep objek tersebut dalam benak si subjek.

Beranjak dari sini, Fakhruddin ar-Razi membahas tentang dua konsep dalam kaitannya dengan Tuhan, yakni tashshawurdan tashdiq. Tashshawuradalah citra objek yang berada di dalam benak subjek, sedangkan tashdiqmerupakan penilaian subjek atas objek itu dan hubungannya dengan objek-objek lainnya.

Menurut ar- Razi, Tuhan mengetahui segala sesuatu hingga detail-detailnya melalui tashdiq. Tuhan juga pasti mengetahui apa-apa yang tidak eksis karena inilah syarat mut lak bagi ke-Mahakuasaan-Nya. Yakni, berkuasa untuk mengetahui "sesuatu yang tidak eksis" sebelum Dia menciptakannya atau menjadikannya eksis.

(Baca: Mengenal Sosok ar-Razi)

(Baca Juga: Jejak Intelektual Ar-Razi)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement