Selasa 16 Jan 2018 14:00 WIB

Muslim Burundi Persatukan Warga

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Masjid Bujumbura, Burundi.
Foto: Wikipedia
Masjid Bujumbura, Burundi.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Di Benua Afrika Islam berkembang dengan masif. Ajaran Islam menjadi panda ngan hidup masyarakat di sana sehingga mereka ter motivasi untuk menuntut ilmu dan meningkatkan perekonomian.Di antara banyak negara di sana, Burundi men jadi salah satu tempat perkembangan Islam.

Sebuah artikel tulisan Xavier Luffin yang diterbitkan oleh Universitas Leiden menyebutkan Muslim di Burundi menetap sebagian besar di kota-kota seperti Gitega, Rumonge, Nyanza, Muyinga, dan Makamba.

Komunitas Muslim terbesar tinggal di ibu kota Bujumbura, terutama di ling kungan Buyenzi, Bwiza, dan asiatique kuarter.

Awalnya tempat itu dibuat untuk pedagang India dan Arab oleh penguasa kolonial Belgia, tempat masjid utama berada. Pusat kebudayaan Islam yang dibangun oleh pemerintah Libya di bawah kepresidenan Bagaza (1976-1987) juga berada di sana.

Muslim Burundi memiliki asal usul yang berbeda-beda. Sebagian mualaf asli Burundi adalah orang Hutu dan Tutsi. Mereka membaur bersama Muslim Kongo yang juga menetap di Bujumbura. Tempat tinggal mereka terletak beberapa kilometer dari perbatasan dengan Kongo. Komunitas besar Rwanda juga memiliki banyak umat Islam.

Suku WarabuKiswahili adalah pe dagang Oman dan Yaman yang pernah tinggal di Burundi atau negara tetangga Afrika Timur lainnya sejak beberapa generasi.

Kebanyakan dari mereka telah melupakan bahasa Arab karena berbicara Kiswahili dan bahasa nasional Kirundi, atau bahkan bahasa Prancis.

Orang Arab lain dari Sudan, Mauritania dan Lebanon baru-baru ini melakukan perdagangan di ibu kota. Muslim Bahindi, nama yang diberikan kepada orang India dan Pakistan, juga menetap di negara ini sejak lama dan sering tertukar dengan Warabu.

Selain komunitas tersebut, orang Afrika Barat juga menetap di negara ini dalam beberapa dekade terakhir. Awalnya, mereka adalah pedagang yang berasal dari Mali, Senegal dan Pantai Gading, lalu mengimpor pakaian dan kain.

Ada juga yang menjadi petambang dan pengolah emas yang diekstraksi dari tam bang Kongo. Sebagian besar pedagang Af rika Barat meninggalkan negara terse but saat terjadi konflik pada 1993, mes kipun beberapa masih memiliki toko kecil di pasar sentral atau di Bwiza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement