Jumat 12 Jan 2018 19:15 WIB

Seperti Apa Bentuk Kapal Kayu di Awal Masa Islam

Kapal Bambu. Ilustrasi
Foto: amatrartmusic.com
Kapal Bambu. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Buku Classic Ship of Islam karangan Dionisius A Aigus, pembuatan kapal dari bahan kayu diperoleh orang-orang Arab di Teluk Persia dari bangsa Persia dan India. Kota Aden menjadi pusat pembuatan kapal utama di kawasan ini. Di pesisir barat daya India di selatan Calicut ada galangan kapal Bey phore yang sangat terkenal karena terletak di persimpangan jalan antara Hindia Barat dan Timur Jauh.

Apalagi, wilayah itu mampu me nyuplai berbagai macam kayu ber kualitas untuk pembangunan kapal dengan berbagai bengkel dan galangan kapal berserakan di sepanjang pesisirnya. Pesisir barat daya India memang tempat cocok bagi kapal un tuk berlabuh di tengah perja lan an menuju Cina atau ke Arabia, ter utama karena angin musonnya yang bisa membantu mendorong kapal.

Posisi ini membuat Calicut juga menjadi tempat pembuatan kapal utama untuk para konsumen di Teluk Persia. Bahkan, penulis Portugis Duarte Barbosa pada awal abad ke-16 menyaksikan ada kapal dari Laut Merah membawa ahli kapal ke Calicut.

Para ahli kapal Arab membutuh kan kayu yang didatangkan dari India, seperti jati, untuk penutup badan kapal. Jati sangat ideal ka rena mudah ditekuk mengikuti bentuk kapal dan sangat kuat. Konon, ada kapal Bahrain yang kayu jati nya mampu bertahan sampai 200 tahun. Kayu lain yang disuplai dari India adalah kayu terap, kayu nang ka, haldina, kayu mangga, bin tangur, dan bungur.

Untuk kapal yang lebih kecil, ka yu lokal digunakan untuk sambungan. Kayu kelapa yang diimpor dari Maladewa digunakan untuk lunas dan tiang layar. Misionaris Jesuit Jeronime Lobo pada 1678 bah kan melihat bahwa kayu kelapa juga dipakai untuk dayung dan jangkar.

Bentuk kapal kayu pada masa awal Islam tak banyak diketahui, tetapi diperkirakan badan kapalnya cenderung membulat, tak seperti kapal Romawi yang panjang dan meruncing. Mulanya, kapal galley atau kapal layar bertenaga dayung milik kerajaan Islam di Laut Tengah ukurannya lebih besar dan lamban dibanding kapal galley zaman Yunani, tetapi beberapa waktu kemudian bentuk kapal galley Islam menyerupai kapal Eropa.

Lagi-lagi, galangan kapal India yang menjadi tempat berkumpul kapal dari Barat menuju Timur Jauh memberi pengaruh besar pada bentuk kapal di kawasan Teluk Persia. Terjadi percampuran bentuk kapal dari berbagai budaya. Sejarawan Portugis Gaspar Correia pada abad ke-15 menceritakan bahwa ada pedagang Arab memesan kapal di Gujarat India dengan mengambil bentuk kapal Eropa.

Disarikan dari Mozaik Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement