Jumat 15 Dec 2017 07:45 WIB

Ibnu Miskawayh dan Kisah Mesin Pemintal Sutera

Rep: c63/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- lmuwan satu ini memiliki nama lengkap Abu 'Ali Ahmad ibn Muhammad ibn Ya'qub Ibnu Miskawayh. Ia berasal dari Ray, Iran, dan dilahirkan pada tahun 932 M. Kemudian ia menetap di Isfahan. Bahkan saat ajal menjemputnya ia masih berada di kota ini tahun 421 Hijriah atau tahun 1030 M.

Ibnu Miskawayh dikenal sebagai seorang dokter, filosof, pengkaji dan sejarawan. Ia bahkan menekuni beberapa bidang pelajaran, diantaranya kimia, filsafat dan logika dan dilakukannya tidak dalam waktu singkat. Ia juga menekuni bidang sastra dan sejarah, sampai akhirnya namanyapun semakin melambung dalam dunia tersebut.

Sejarawan satu ini juga menyandang gelar al-Khazin (Pustakawan), karena dipercaya untuk menangani buku-buku karya Ibnu Al-Amid dan Adhud Al-Daulah bin Suwaihi. Bahkan Ibnu Miskawayh mengabdi di istana Al-Daulah pada masa Diansti Buwaiyah, dan ia mendapat jabatan yang tinggi. Karya yang dihasilkan Ibnu Miskawayh pun boleh diperhintungkan.

Ia menulis banyak buku, di antaranya Tajarib al-Umam (Pengalaman bangsa-bangsa) yaitu sebuah karya monumental yang memuat tentang sejarah, salah satu isi dalam buku ini ia menuliskan tentang sejarah penemuan mesin pemintalan, terutama mesin pemintal sutera.

"Pernahkan engkau melihat pemintal sutera (ibrism) menggulung (sutera) pada sejumlah batang pintal (mighzal) pada sebuah tongkat polo (sawladjan) atau gelas. Saya katakan saya pernah," kata Ibn Miskawyh dalam kitab tersebut.

Ia kemudian menambahkan "Tidakkah engkau tahu bahwa satu-satunya kesulitan yang dialami pekerja ialah mengatur dan menyusun mesin tersebut, setelah itu ia tinggal melihat-lihat saja ekor batang pemintal dan menjaganya tetap memintal? Kini kita telah menyusun mesin tersebut, batang pemintal berputar, sutera meregang, dan penggulungan berlangsung," kata Ibn Miskawayh seperti  dikutip dalam buku Ahmad Y Al-Hassan dan Donarld R Hill dalam bukunya bertajuk, Islamic Technology:An Illustrated History.

Ibnu Miskawayh juga memaparkan, "tetapi jika kita meninggalkan tempat tersebut, tenaga pemutaran akan melemah tanpa ada tenaga tambahan, menjadi sangat lambat, kecepatan pemutaran batang pemintal akan berkurang, dan ia mulai tidak menggulung, memutar kerah berlawanan. Tidak ada orang disanan yang mengaturnya satu demi satu, sehingga ia terlepas dan akhirnya tidak ada yang tertinggal di gulungan," jelasnya.

Ibnu Miskawayh juga menulis buku Unsal-Farid(Kesenangan tiada tara), sebuah koleksi anekdot yang ditulis dengan gaya bahasa yang tinggi dan penuh dengan sentuhan moral, dalam bidang kedokteran beliau menulis buku al-Syaribah (Minuman), al-Fauz Akbar, al-Fauz Asygar serta karya-karya lainnya.

Ia juga dikenal  sebagai  seorang filsuf Muslim yang telah mengabdikan seluruh perhatian dan upayanya dalam bidang etika. Pemikiran Ibnu Miskawayh banyak mengadopsi sumber-sumber asing, seperti Aristoteles, Plato dan Galen dan ia membandingkannya dengan ajaran-ajaran Islam.  Ia u berusaha menggabungkan doktrin Islam dengan pendapat filsuf Yunani, sehingga filsafat beliau termasuk filsafat eklektik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement