Selasa 12 Dec 2017 16:30 WIB

Mausoleum dalam Peradaban Islam

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
  Salah satu bentuk arsitektur Seljuk, Momine Khatun Mausoleum di Nackhvian, Azerbaijan.
Foto: steppes.proboards.com
Salah satu bentuk arsitektur Seljuk, Momine Khatun Mausoleum di Nackhvian, Azerbaijan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski telah berlalu berabad silam, era kekhalifahan Islam masih menampakkan jejaknya hingga peradaban modern saat ini. Salah satu jejak itu adalah bangunan-bangunan berarsitektur indah yang tersebar di berbagai benua.

Adalah mausoleum salah satu dari sekian banyak bangunan berarsitektur indah peninggalan era kekhalifahan Islam. Mausoleum merupakan makam berbentuk monumen megah. Bangunan ini dibuat untuk memakamkan sekaligus menghormati dan mengenang kebesaran seorang tokoh, seperti khalifah, sultan, sultana, para pahlawan Muslim, serta ulama terkemuka. Biasanya, mausoleum dibangun di sekitar masjid.

Agama Islam sejatinya tidak menganjurkan pembangunan makam mewah dan megah yang dinamakan mausoleum ini. Namun, seiring waktu, para pemimpin dinasti-dinasti Islam mulai membangun makam yang indah dan megah untuk menghormati seorang tokoh besar pada masanya.

Guru Besar Seni Rupa Universitas Harvard, Oleg Grabar, mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya berbagai mausoleum dalam peradaban Islam.

Faktor pertama, tumbuhnya heterodoks (penyimpangan dari kepercayaan resmi) Syiah yang melahirkan pengultusan terhadap para keturunan Nabi Muhammad SAW melalui menantunya Ali bin Abi Talib. Para penganut Syiah meyakini, keturunan Nabi merupakan orang-orang suci yang harus dihormati.

Faktor kedua, masuknya pengaruh berbagai praktik kultus lokal, khususnya di wilayah-wilayah yang ditaklukkan tentara Islam. Karena itu, ketika para khalifah menancapkan kekuasaan di wilayah-wilayah taklukannya, terdapat rembesan budaya pengkultusan lokal yang masuk ke dalam budaya Islam meskipun Islam sebenarnya melarang budaya pengultusan.

Rembesan budaya pengultusan lokal ke dalam budaya Islam ini menyebabkan terjadinya pemujaan terhadap tempat-tempat yang dianggap suci, seperti makam para imam, suci, pahlawan, raja, dan ratu.

''Lalu, demi mengenang kisah hidup mereka saat berjaya di dunia,  dibangunlah berbagai macam mausoleum yang indah, megah, serta mewah,'' kata Grabar.

Selain dua faktor tersebut, menurut Grabar, masih ada satu faktor lagi untuk menyebabkan hadirnya mausoleum dalam peradaban Islam. ''Pada masa itu, banyak dinasti lokal yang berusaha mengabadikan kenangan atas kekuasaannya di muka bumi dengan membangun berbagai macam mausoleum yang indah dan megah,'' kata dia,

Karena itu, para khalifah Islam juga berusaha menunjukkan jejak-jejak kekuasaan dan pencapaiannya dengan membangun mausoleum-mausoleum yang indah. Melalui mausoleum itu, mereka ingin memberi pesan bahwa dinasti-dinasti pada masa Islam juga pernah berdiri, berkuasa, dan menorehkan capaian gemilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement