Selasa 12 Dec 2017 17:00 WIB

3 Pakar Botani Dunia Islam

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dalam kitab suci Alquran, Allah menyebutkan beberapa tanaman serta buah-buahan sebagai karunia kepada umat manusia. Sejak zaman dahulu, tanaman diolah baik untuk bahan makanan maupun obat-obatan. Cabang disiplin keilmuan yang mengkaji tanaman adalah botani. Dalam hal ini, peradaban Islam berperan besar memunculkan botani, sebagaimana yang kini dikenal dunia modern.

Cukup banyak ilmuwan Muslim pada zaman klasik menjadi pakar botani. Karya-karya mereka tersebar luas dan beberapa di antaranya dapat dibaca sampai saat ini. Mereka antara lain mengkaji khasiat tanaman-tanaman tertentu yang dapat menjadi bahan baku obat.

Beberapa dari para ilmuwan itu merancang klasifikasi tanaman yang telah ditemukan. Ada pula yang konsen pada soal pengembangbiakan manual agar tanaman dapat tumbuh seperti yang diinginkan. Mereka adalah sebagai berikut.

Ad-Dinawari

Abu Hanifah Ahmad bin Dawud Dinawari (828-896) disebut-sebut sebagai salah satu genius dari masa keemasan Islam. Kepakarannya mencakup beragam ilmu, seperti astronomi, metalurgi, matematika, geografi, sejarah, dan biologi. Namun, dunia modern lebih mengenal namanya dalam lingkup ilmu botani.

Sosok yang lahir di Dinawar yang kini termasuk wilayah Iran ini belajar sains di Isfahan dan sastra di Kufa serta Basrah. Buku karyanya, Kitab an-Nabat, menjadi rujukan utama dalam perkembangan ilmu botani di abad kesembilan. Lantaran itu, al-Dinawari dipandang sebagai ilmuwan Muslim pertama yang konsen pada botani.

Al-Qalanisi

Ilmuwan abad ke-12 ini menulis buku Aqrabadhin yang membahas tentang kehidupan tanaman. Menurut versi aslinya, kitab itu terdiri atas 49 bab. Di dalamnya, al-Qalanisi membahas tentang pengaruh cuaca terhadap pertumbuhan sayur mayur. Dia juga memaparkan persoalan pengembangbiakan tanaman melalui intervensi manusia.

Al-Qalanisi menemukan bahwa mineral berperan penting untuk menjaga tanaman dari serangan hama. Dia bahkan menyebutkan sejumlah formula untuk dipakai sebagai insektisida dan pestisida. Sulfur, garam amoniak, nafta, dan tar adalah beberapa bahan yang menurutnya dapat dipakai untuk bahan antisipasi hama.

Ibn as-Suri

Pria bernama lengkap Rasyiduddin bin al-Suri ini lahir di Tyre Libanon pada 1177. Semasa remaja, dia belajar ilmu kedokteran di Damaskus dan sempat membuka praktik di Yerusalem. Pada masa kekuasaan Sultan al-Mu'azzam dan Sultan an-Nashir, dia menjadi kepala dokter istana. Dia wafat di Damaskus pada 1242.

Karya-karyanya antara lain Al-Adwiya al- Mufrada, yang di dalamnya dia memaparkan persoalan obat-obatan, termasuk khasiat herbal. Ibn al-Suri merupakan peneliti yang giat. Dia biasa mengembara ke seluruh Lebanon untuk mengumpulkan sampel tanaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement