Ahad 10 Dec 2017 05:45 WIB

Pengobatan THT Warisan Islam

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto: Photobucket.com/ca
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada awalnya, pengetahuan tentang anatomi telinga, hidung, dan tenggorokan begitu terbatas. Mekanisme pendengaran dan  fonasi (proses bersuara) juga masih asing. Dalam hal ini, apresiasi layak diberikan kepada Rhazes, Ibnu Sina,  Ali Ibnu Abbas, Abdul Latif al-Baghdadi, Ibnu al-Baladi,  Avinzoar, Abulcasis, dan Ibnu al-Nafis yang menulis secara detail  mengenai anatomi dan fisiologi THT.

Mereka menuliskan bab khusus tentang  ketiga organ tersebut dalam buku-buku mereka. Buku-buku  tersebut antara lain al-Hawy karya Rhazes, The Canon  oleh Ibnu Sina, al-Kitab el-Malaky oleh Ali Ibnu Abbas, The  Compendium in Medicine oleh al-Baghdadi, The Care of  Pregnant Women, Infants and Children karya Ibnu al-Baladi,  Al-Tayseer oleh Avinzoar, Al-Tassrif oleh Abulcasis, serta  Al-Shamel Fi Sinaat Al-Tibb karya Ibnu al-Nafis.

Anatomi telinga dideskripsikan dengan sangat baik oleh  Ibnu Sina. Daun telinga memiliki saluran untuk  mengumpulkan gelombang suara. Saluran telinga luar memiliki saluran melengkung untuk melindungi gendang  telinga dan menjaga bagian telinga luar tetap hangat. Ini  menunjukkan pentingnya menggunakan tetes telinga  yang hangat saat terapi.

Gendang telinga sendiri merupakan membran tipis yang  merespons gelombang suara. Ibnu Sina juga merupakan  ilmuwan pertama yang menjelaskan bahwa proses mendengar adalah proses diterimanya gelombang suara oleh gendang telinga.

Anatomi faring dan laring juga dijelaskan terperinci oleh  Ibnu Sina. Ia menjelaskan kartilago, ligamen, sendi, dan  otot yang melekat pada laring. Ibnu Sina juga  mengidentifikasi peran faring dan laring dalam fungsi  laringeal berbeda.

Ali Abbas al-Baghdadi dan Ibnu al-Nafis merupakan pelopor yang mengoreksi kesalahan pendapat sebelumnya bahwa wajah dan  telinga memiliki saraf tunggal yang sama. Mereka  membuktikan bahwa wajah dan telinga memiliki dua saraf  terpisah.

Ibnu Sidah, ilmuwan dan ahli linguistik yang hidup di abad 10 , menulis sebuah buku berjudul al-Mokhassus yang  menjabarkan teknik pidato dan bernyanyi. Ia menjelaskan  karakter, tingkat, dan tipe suara manusia. Ia bahkan  menambahkan beberapa istilah saintifik untuk  mendefinisikan intonasi suara, ritme, senandung, repetisi,  dan resonansi. 

Ia membuat klasifikasi antara suara merdu,  serak, dan melankolis. Studi fonetik lanjutan didalami al-Faraby yang dikenal sebagai filsuf abad 10 yang menulis buku The Great  Musician. 

Pembahasan penting soal ini juga didapati dari tulisan karya Safa Bersaudara. Mereka adalah sekelompok  filsuf Arab yang menulis sejumlah buku seputar pidato dan  berbagai topik lain. Mereka menjelaskan tentang suara,  pidato dan bahasa. Studi mereka bisa dikatakan sarat  kandungan sains murni dan turut menbentuk sains fonetik  masa kini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement