Sabtu 09 Dec 2017 04:00 WIB

Masjid Ini dibangun di Tepi Jurang Jahanam, Mengapa?

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Suasana di sekitar Masjid Quba di Kota Madinah. Di sebelah masjid ini ada Masjid Adh-Dhair yang dibangun orang munafik untuk memecah belah umat Islam.
Foto: Republika/Angga Indrawan
Suasana di sekitar Masjid Quba di Kota Madinah. Di sebelah masjid ini ada Masjid Adh-Dhair yang dibangun orang munafik untuk memecah belah umat Islam.

REPUBLIKA.CO.ID,  Masjid Adh-Dhirar dibangun oleh orang-orang munafik untuk memecah belah umat Islam. Sebelum berangkat ke Tabuk, Rasulullah SAW diundang untuk shalat di masjid ini. Rasulullah SAW berjanji akan shalat di sana sekembalinya dari Tabuk. Ternyata Allah menurunkan surah at-Taubah ayat 107-110 yang membongkar konsiparasi ini dan memerintahkan untuk menghancurkannya.

Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, ‘Kami hanya menghendaki kebaikan.’ Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya), janganlah engkau melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang bersih. Maka, apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu (bangunan) itu roboh bersama-sama dengan di ke dalam Neraka Jahanam? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi penyebab keraguan dalam hari mereka, sampau hati mereka hancur. Dan Allah Maha Mengetahu Mahabijaksana.”

Dikutip dari Ensiklopedia Sirah Nabi Muhammad SAW, bahwa firman Allah SWT tersebut turun ketika umat Islam kembali dari Perang Tabuk pada tahun sembilan Hijriah. Ibnu Ishaq menuturkan, “Sekelompok kaum munafik menghadap Rasulullah SAW ketika beliau bersiap berangkat menuju Perang Tabuk. Mereka berkata, ‘Wahai, Rasulullah! Kami telah membangun sebuah masjid bagi orang yang mempunyai penyakit, kebutuhan dimalam yang hujan dan malam yang gelap. Kami ingin engkau datang pada kami dan melaksanakan shalat bersama kami di sana.’

Rasulullah SAW menajwab, ‘Saat ini, aku sedang bersiap berangkat dan tengah sibuk. Jika nanti kami telah kembali, kami akan datang pada kalian dan shalat bersama kalian di sana.”

 

Masjid itu dibangun di samping Masjid Quba oleh dua belas orang munafik atas anjuran Pendeta Abu Amir. Nama-nama mereka disebutkan oleh Ibnu Ishaq dalam kitabnya. Menurut al-Baihaqi dalam ad-Dala’il, mereka adalah sekelompok orang Anshar.

Dikatakan dalam buku tersebut bahwa terdapat dua belas orang munafik dari kabilah Aus dan Khazraj membangun masjid ad-Dhirar dengan empat tujuan: Pertama, mengganggu umat Islam yang menjadi ahli Masjid Quba, yaitu masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW, begitu mereka tiba di Madinah al-Munawwarah.

Kedua, Kufur terhadapa Rasulullah SAW dan agama yang beliau bawa. Dimaksudkan untuk mencela beliau dan agama Islam. Di samping masjid ini digunakan sebagai markas untuk menyusun siasat dan persekongkolan untuk menghancurkan umat Islam. Akhirnya, masjid itu menjadi fitnah, kemunafikan, dan persembunyian orang-orang munafik untuk menghindari kewajiban shalat. Inilah yang dimaksud dengan kekufuran ayat di atas.

Ketiga, memecah belah umat Islam yang sebelumnya telah berada dalam satu masjid bersama Rasulullah SAW. akibatnya, jika sebagian mereka shalat di sana, timbullah perpecahan dan hilanglah persatuan. Karena itu, seharusnya umat Islam shalat di satu masjid.

Keempat, menunggu kedatangan seseorang yang memerangi Allah SWT dan Rasulullah SAW. Abu Amir dari Kabilah Khazraj. Dia adalah ayah Handzalah, seorang sahabat yang dimandikan oleh para malaikat. Oleh Rasulullah SAW, Abu Amir dijuluki Si Fasik. Pada masa jahiliah, dia memeluk agama Nasrani dan menjadi pendeta. Dia sangat memusuhi Rasulullah SAW karena merasa pengaruhnya direbut.

Setelah dia bersama kabilah Hawazin pada tahun delapan Hijriah, dia melarikan diri menuju Syam. Dia bermaksud meminta bantuan pasukan kepada Kaisar untuk menyerang Rasulullah SAW, namun dia lebih dulu mati di Qinnasrin (negeri sebelah utara Suriah) dalam kesendiriannya.

Allah SWT selalu memberi kabar kepada Rasulullah SAW melalui wahyu dan turunnya ayat yang menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang munafik. Mereka mendirikan bukan atas dasar takwa kepada Allah SWT, namun sebagai sarang bagi kelompok mereka untuk bersekongkol menghancurkan Islam dan umat Islam.

Akhirnya Rasulullah SAW memerintahkan dua orang yaitu Malik ibnu as Dukhsyum dan Ma’an bin Adiy untuk merobohkannya. Masjid itu pun dirobohkan dan dibakar dengan pelepah kurma. Setelah itu, orang-orang dengan sukarela menghancurkan sisa-sisa bangunan  masjid tersebut. masjid itu kini telah tiada dan tak berbekas.

Sebab turunnya ayat di atas menunjukkan bagaimana Allah SWT ingin menyucikan penduduk Madinah dari setiap orang munafik yang seolah-olah memeluk Islam. Kepura-puraan mereka berusaha menanamlan benih-benih perpecahan di tubuh umat Islam. Mereka memahami bahwa kekuataan Islam terletak pada persatuan umatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement