Rabu 15 Nov 2017 22:07 WIB

Ciri Khas Arsitektur Islam di Era Dinasti-Dinasti Islam

Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.
Foto: ist
Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan arsitektur Islam mulai berkembang seiring penyebaran wilayah selepas masa Rasulullah. Perkembangannya kian pesat setelah memasuki era dinasti. Setiap dinasti Islam memiliki corak khas.

Masa Abbasiyah dan Seljuk

Perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah dan Seljuk bermula sekitar abad ke-11. Pada era itu, perkembangan arsitektur Islam yang begitu besar terlihat pada penggunaan teknik bahan batu bata dari seni arsitektur Persia yang diterapkan pada bentuk lengkung iwan. Selain itu, perkembangannya juga tampak pada cara pengembangan bangunan lain yang menjadi bangunan fasilitas seperti istana dan bangunan untuk kepentingan sosial.

Salah satu contoh arsitektur masjid yang dibangun pada era itu adalah Masjid Jami di Isfahan. Pola perencanaannya terdiri dari penampilan pemakaian lengkung-lengkung iwan sebagai bentuk keseluruhan. Kelengkapan bangunan yang sangat menonjol adalah menara. Menara dalam gaya Seljuk menampilkan beberapa corak yang berlainan.

Bangunan lain yang menunjukkan perkembangan arsitektur Islam pada masa itu adalah Istana Baghdad. Keunikan dan kekhususan dari arsitektur bangunan istana itu tampak pada penerapan hiasan muqamas atau stalaktit seperti yang diterapkan pada bangunan-bangunan kuburan. Susunan hiasan stalaktit ini digabungkan menjadi lengkung stalaktit yang lebih besar.

Arsitektur Islam di Spanyol

Perkembangan arsitektur Islam pada masa ini dapat dilihat terutama pada arsitektur Masjid Cordoba dan Istana Granada. Masjid yang didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 786 M ini mempunyai pola dasar bentuk masjid Arab asli dengan gaya Masjid Umayyah. Pada masa selanjutnya masjid ini telah mengalami penyempurnaan selama tiga kali berturut yakni pada tahun 822, 976, dan 990.

Di antara penyempurnaannya adalah penambahan tiang-tiang sebagai cara untuk memperluas masjid. Mula-mula ditambah dengan lima deret, kemudian 17 deret memanjang dan delapan tiang ke samping. Penonjolan lain adalah terdapatnya marmer monolit sebagai kubah penutup mihrab, yang dihiasi dengan ukiran bermotif renda yang dikerawang pada batu. Kekhususan lain adalah terdapatnya tiang-tiang rangkap yang menopang lengkung-lengkung bercorak ladam kuda. Istana yang didirikan di Granada terkenal dengan julukan Istana Singa, atau yang lebih terkenal dengan Alhambra. Penampilan istana ini dimulai dengan pintu gerbang yang megah, disusul pelataran yang dilengkapi dengan berbagai elemen se-perti kolam yang memakai air mancur yang didukung oleh patung-patung singa; pintu gerbang itu terkenal dengan gerbang singa.

Dua belas patung singa dari marmer mendukung air mancur tadi, mencangkung berkeli1ing dan mengeluarkan air dari mulutnya. Air mancur dengan 12 singa tersebut merupakan pelataran sebagai titik orientasi terhadap ruang-ruang fasi1itas, seperti ruang harem yang dilengkapi dengan kamar-kamar pribadi. Istana Alhambra dibangun pada sekitar abad ke- 13.

Era Utsmaniyah

Pada masa ini, bangunan-bangunan yang berdiri umumnya menampilkan corak yang sedikit berbeda dari arsitektur sebelumnya. Umat Islam pada zaman Usmani menampilkan tiga bentuk masjid, yakni tipe masjid lapangan, masjid madrasah, dan masjid kubah. Hal yang baru dalam rangka perkembangan arsitektur Islam gaya Usmaniyah ini ialah munculnya perencanaan bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar di Yunani, yaitu Sinan, yang telah menghasilkan karya-karya dalam berbagai bentuk bangunan.

Masjid Sultan Sulaiman di Istanbul adalah buah karya arsitektur Islam pada era Utsmani. Masjid itu menampilkan pertautan yang simbolis antara kemegahan masjid sebagai lambang sultan yang besar kekuasaannya dan keagungan masjid sebagai sarana keagamaan. Perpaduan itu ditampilkan lewat menara yang langsing dan tinggi seolah-olah muncul dari lengkung- lengkung kubah dan melesat lepas ke ketinggian.

Arsitektur Islam di India

Arsitektur masjid India pada umumnya mengambil corak masjid lapangan, kemudian memakai lengkung-lengkung iwan, bahan-bahan yang digunakan terdiri dari batu. Hal ini sudah lama digunakan dalam membuat candi. Di Masjid Kutubuddin, misalnya, terdapat corak atap kubah dalam jumlah banyak dan mengatapi hampir semua ruangan, dan gapuranya mirip dengan bangunan candi ala India. Corak menaranya berbentuk bulat seperti pilar yang runcing pada puncaknya serta mencuat tinggi ke atas. Bentuk itu tampil pada bentuk menara yang bernama Qutub Minar yang tingginya 73 meter.

Menara ini terdiri dari lima tingkat, tiga tingkat pertama merupakan ruangan yang dibiasi dengan batu cadas merah, dan bangunan menara berdiri sendiri terlepas dari bangunan masjid. Karya arsitektur Islam India yang termasyhur adalahTaj Mahal di Agra.

Bangunan ini berdiri di ujung taman yang luas dengan air mancur, yang dibatasi dengan pintu gerbang berbentuk lengkung iwan, diatapi dengan kubab-kubah berbentuk bunga masif, tembok-temboknya dihiasi dengan relung-relung berupa takikan pada tembok. Karya arsitektur lainnya adalah istana. India menampilkan istana yang merupakan gabungan antara gaya Persia dan gaya India.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement