Jumat 10 Nov 2017 18:00 WIB

Saat Bencana Memantik Penyakit

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agung Sasongko
[ilustrasi] Sejumlah warga antre untuk mendapat jatah pembagian air bersih dari petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Banten di Kampung Jamblang, Sawah Luhur, Serang, Selasa (12/9).
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
[ilustrasi] Sejumlah warga antre untuk mendapat jatah pembagian air bersih dari petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Banten di Kampung Jamblang, Sawah Luhur, Serang, Selasa (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam, seperti gempa bumi, seringkali disertai dengan merebaknya wabah penyakit atau epidemik. Biasanya, kondisi ini dipicu oleh mayat yang tak segera dikuburkan atau kamp-kamp pengungsian di lokasi yang tak dapat dikatakan higienis.

Sejumlah ilmuwan Muslim juga menorehkan buah pemikirannya dalam karya-karya mereka, terkait dengan merebaknya epidemik ini. Sebut saja, Qusta Ibnu Luqa, hidup pada abad ke-9, yang menuliskan buku yang disebut Contagion atau infeksi.

 

Dalam karyanya itu, ia menggambarkan bagaimana penyakit menular dari seseorang yang sakit ke orang yang sehat. Ibnu Luqa menyatakan bahwa proses tersebut dipengaruhi oleh udara sekitar dan infeksi. Ia menjelaskan pula tentang penyakit yang disebabkan oleh angin.

Biasanya, para pengungsi akibat bencana alam, juga diterpa angin kencang hingga membuat mereka menderita penyakit. Pada abad ke-10, ada ilmuwan lain yang menulis mengenai epidemik, yaitu Al-Tamimi. Ia memberikan sejumlah penjelasan.

Di antaranya adalah prosedur higienis untuk menghindari infeksi saat terjadi epidemik. Ia juga memberikan penjelasan bagaimana cara mengatasi penyakit yang dibawa oleh udara. Abu Sahl Al-Masihi juga memberikan kontribusi besar.

Al-Masihi hidup di masa yang sama dengan Al-Tamimi. Sejumlah kalangan menilai, buku karya Al-Masihi lebih perinci dibandingkan karya Al-Tamimi. Dalam manuskripnya sebanyak 19 halaman, ia mengelompokkan penyakit epidemik, penyebabnya, dan cara pengobatannya.

Karyanya, dibagi menjadi empat bagian di antaranya adalah bagaimana epidemik mengganggu tubuh manusia dan pencegahan serta pengobatan terhadap setiap jenis epidemik. Ia juga memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara epidemik (al-Waba) dan endemik. Menurut Al-Masihi, ada tiga penyebab terjadinya epidemik, yaitu kelembaban dan kehangatan udara yang berlebihan, udara kering yang berlebihan, dan udara sedang berubah ke dalam sebuah kondisi yang abnormal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement