Senin 23 Oct 2017 15:45 WIB
Hari Santri

Santri Wajib Upgrade Kemampuan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.
Foto: EPA/Fully Handoyo
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kelemahan santri saat ini adalah kurangnya budaya membaca dan menulis. Pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara diminta untuk terus berbenah. Tujuannya, untuk menghasilkan santri-santri yang mandiri, unggul, dan moderat.

Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Maman Imanul Haq mengatakan, pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya harus mengajarkan santri berpikir kritis dan disiplin. Dengan demikian, pemuda Islam pun bisa berpikir maju ke depan.

Maman mengakui, sampai saat ini salah satu kebiasaan negatif yang masih berjalan, yaitu kurangnya kedisiplinan. Padahal, pendidikan Islam harus menyiapkan kadernya untuk siap bertarung secara global. "Bagaimana kita maju kalau kita tidak siap bertarung. Hari ini, ASEAN harus menunjukkan nilainilai Islam tulus harus dikedepankan.

“Kita harus bangga dengan Islam, tapi jangan terjebak romantisme. Maka, kita harus mengelaborasi nilai-nilai Islam," kata Maman di Hotel Sari San Pasific, Jakarta, Rabu (18/10). Maman menjadi sa lah satu pembicara dalam Hala qah Ulama ASEAN 2017 di Ja pkarta. Perhelatan tahunan ini mengambil tema "Memperkuat Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam ASEAN."

Di Indonesia, lanjut Maman, suatu kearifan lokal harus selalu dipertahankan, di antaranya, kekuatan kiai dalam dunia pesan tren. Seorang kiai memiliki peran sentral dalam mengajarkan san tri nya berproses. Sehingga, dalam kesabaran sangat terlatih melalui kekuatan ini.

Pada era modern, kata Maman, lulusan pendidikan Islam atau pesantren juga harus mampu menyesuaikan dengan za man. Namun, mereka harus me mi liki identitas sebagai umat yang masih berpegang teguh ke pada Alquran sebagai firman Allah SWT dan hadis Rasulullah SAW.

Dia menambahkan, kelemahan santri saat ini adalah kurangnya budaya membaca dan menulis. Padahal, kunci untuk mencapai kemajuan dan menjadi pemimpin yang baik adalah banyak membaca. "Sekarang, banyak baca di Google, sementara di Google bagaimana caranya membuat bom," ujar anggota Komisi VIII DPR ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement