Sabtu 14 Oct 2017 23:00 WIB

Brilian, Ide Museum di Atas Air

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Museum Seni Islam Doha
Foto: Wikipedia
Museum Seni Islam Doha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pembangunan Museum of Islamic Art ini digarap serius dan tidak main-main, di bawah besutan seorang arsitek senior kenamaan, Leoh Ming Pei. Sebelum memulai membangun Museum, Leoh Ming harus keliling dunia selama enam bulan untuk mempelajari sejarah Islam, terutama masalah arsitekturnya. Hal demikian dilakukan agar bisa memberikan sentuhan Islami meski dibuat oleh oleh seorang Nasrani.   

Usahanya itu seakan ingin memberikan yang terbaik untuk hasil karanya. Dan, yang paling mengesankan dari semangat Leoh dalam membangun museum ini adalah ia tidak merasa kehilangan pekerjaan begitu keluar dari tempatnya bekerja dan fokus mengerjakan proyek ini.

Dari semua usaha yang dia lakukan, terbayar setelah dia berhasil menyelesaikan karyanya yang begitu indah. Baik di bagian dalam mapun luar bangunan Museum.

Usaha Leoh tidak sia-sia karena ide dan gagasannya demi memperindah museum mendapat respons luar biasa dari investor. Di antara ide-ide briliannya adalah ia mengusulkan museum dibangun di atas air dengan kedalaman sekitar 195 atau setara 59 meter di atas permukaan tanah.

Selain itu, ia mengusulkan ruang khusus di bawah museum berkolaborasi dengan sejumlah pikah seperti Louvre, Wilmotte & Associes yang kemudian membentuk tim desain, termasuk Plowden & Smith (konsultan konservasi).

Wajar bila kemudian museum ini dicatat sebagai salah satu ikon lanskap Doha dan sejajar dengan ikon artistik arsitektur Islam kuno, terutama Masjid Ibn Tulun di Kairo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement