REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada abad XVI, peradaban Islam memiliki seorang ilmuwan terkemuka dari Kekhalifahan Turki Utsmani. Cendekiawan besar itu bernama Nasuh al-Matraki. Sumbangsihnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan sungguh tak ternilai.
Sejarah peradaban Islam mencatat, al-Matraki berjasa besar dalam mengembangkan sederet ilmu pengetahuan, seperti matematika, sejarah, geografi, kartografi, teknik, serta kaligrafi. Ia bukanlah ilmuwan yang hanya berkutat dengan ilmu pengetahuan. Al-Matraki juga dikenal sebagai seorang kesatria yang jago mengatur taktik perang.
Sultan Sulaiman al-Qanuni—Khalifah Turki Utsmani yang sangat disegani di seantero dunia pada abad XVI—begitu terkesan dengan kehebatan ilmuwan yang satu ini. Tak heran jika Sultan Sulaiman menganugerahi gelar "ustad" dan "rais" bagi al-Matraki. Pamor ilmuwan dan kesatria yang dikenal lihai memainkan beragam senjata itu kian berkibar setelah berhasil menciptakan sebuah permainan strategi perang yang diberi nama "Matrak". Al-Matraki pun bergelar Master of Knight.
Cendekiawan masyhur ini sejatinya bernama lengkap Nasuh bin Karagozz al-Bosnawi. Berkat permainan yang diciptakannya itu, dia lebih dikenal dengan sebuatan "Nasuh Matraki Bey". Al-Matraki berasal dari keluarga Bosnia. Ayah dan kakeknya mengabdi sebagai pegawai pemerintahan Kekhalifahan Turki Utsmani.
Ia menimba ilmu di sekolah istana pada era kekuasaan Sultan Bayezid II (1481-1521). Dia banyak berguru kepada Sai Celebi, salah satu guru Sultan Bayezid II. Al-Matraki memulai kariernya sebagai seorang kesatria pada masa kepemimpinan Sultan Selim I (1512-1520 M).
Pada 1520 M, ia memutuskan untuk hijrah ke Mesir. Di Negeri Piramida itu, Al-Matraki meningkatkan kemampuannya dalam bidang permainan kemiliteran. Kemampuannya dalam permainan kemiliteran tak ada yang mampu menandingi. Dia diakui sebagai seorang kesatria yang sangat berbakat dalam bidang ini.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
