Rabu 23 Aug 2017 19:41 WIB

Muslim Malta, Minoritas yang Dianggap Ancaman

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
  Muslim Malta menunaikan shalat di jalan akibat minimnya masjid
Foto: islamophobiawatch.co.uk
Muslim Malta menunaikan shalat di jalan akibat minimnya masjid

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Malta disebut-sebut sebagai negara paling Katolik di dunia. Menurut data CIA World Factbook, jumlah pemeluk Katolik di negeri itu mencapai 98 persen dari total penduduknya. Konstitusi Republik Malta juga menyatakan Katolik sebagai agama resmi negara.

Umat Islam sendiri merupakan kelompok minoritas di Malta. Meski tidak ada angka resmi, populasi Muslim di negara itu saat ini diperkirakan sekitar 6.000 jiwa. Masjid Mariam al-Batool yang berada di Kota Paola adalah masjid pertama dan satu-satunya di Malta.

Keberadaan satu masjid itu saja jelas tidak memadai untuk menampung ribuan jamaah Muslim di Malta. Karena itu, beberapa orang Islam di negara itu akhirnya mencoba mencari beberapa tempat alternatif untuk melaksanakan shalat. Sayangnya, langkah mereka itu malah mendapat respons negatif dari pemerintah setempat.

Pada 2009, Muslimin di Kota Salim--yang berada di timur laut Malta--bahkan sempat menggelar shalat berjamaah di jalan raya setelah polisi di negara itu menutup ruang apartemen yang mereka jadikan sebagai tempat shalat sementara. “Menurut polisi, penutupan tempat shalat di apartemen tersebut dilakukan karena tidak adanya izin resmi dari pemerintah,” tulis laman berita berbahasa Arab, Akhbar al-Alam.

Selain kesulitan memperoleh ruang ibadah, Muslimin Malta kini juga menghadapi gerakan anti-Islam yang mulai diembuskan oleh kelompok sayap kanan di negara itu. Presiden Organisasi Patriot Malta Alex Pisani bahkan menganggap umat Islam sebagai ancaman terbesar bagi masa depan Malta.

Secara perlahan, Islam mulai mengambil alih Eropa. Dalam 20 tahun mendatang, Malta bisa saja menjadi negara Muslim. Tapi, republik ini hanya memiliki satu agama, yaitu Katolik, dan kami bangga dengan itu.

“Tentu saja, kami akan terus berusaha untuk mempertahankan identitas (Katolik) tersebut,” ujar Pisani seperti dikutip Malta Today pada November lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement