Selasa 15 Aug 2017 03:20 WIB

Sastra Arab dari Berbagai Zaman

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Sastra Islam dipengaruhi beragam latar belakang etnis, khususnya di wilayah luar Arab.
Foto: Sara.theellisschool.org
Sastra Islam dipengaruhi beragam latar belakang etnis, khususnya di wilayah luar Arab.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sastra Arab sudah ada dan terus berkembang sejak awal kemunculan bahasa tersebut. Sastrawan di setiap zaman mewarnai perkembangan sastra

tersebut. Mereka berasal dari berbagai latar belakang budaya. Ada yang berasal dari budaya Mesir, Persia, Yunani, dan banyak lagi.

Alquran juga menjadi inspirasi bagi per kembangan sastra Arab. Kalam Ilahi itu hadir dalam ben tuk sajak yang indah didengar. Wahyu Ilahi itu akan semakin indah bila dibaca dengan nada tilawah, sebagaimana dipraktikkan ulama dahulu.

Orang-orang Arab telah lama menganggap bahasa mereka sebagai instrumen presisi, kejernihan, dan kefasihan yang sempurna, sebagaimana dibuktikan oleh Alquran dan karya sastra setelahnya. Sastra Arab terus berkembang dalam bentuk literatur selama 1. 400 tahun.

Sastra Arab yang paling awal dikenal adalah puisi kepahlawanan suku populer di Arab pada masa sebelum Islam. Dari sanalah sastra Arab berkembang seperti kasidah berisikan puisi panjang yang sering menceritakan kehidupan penyair atau tentang sukunya. Kisah itu disajikan secara dramatis.

Puisi pra-Islam tetap bertahan secara lisan hingga akhir abad ketujuh.

Sastra pada Periode Umayyah

(661-750 M)

Di masa ini cara hidup orang Arab mulai bergeser menjadi lebih madani. Sesuai dengan praktik bahasa Yunani dan Persia saat itu, puisi sering diiringi dengan musik. Bentuk pui si pun semakin sederhana, dari yang se mula hanya puisi tradisional yang pan jang, kompleks, dan menyentuh hati men jadi puisi yang lebih pendek dan lebih bebas yang dapat disesuaikan dengan musik.

Puisi dan musik menjadi tak terpisahkan, sehingga memunculkan tradisi ghazal, yang paling mencolok diilustrasikan dalam kitab al-Aghani.

Periode Abbasiyah

(776-1057 M)

Sastra Arab berkembang di bawah kekuasaan Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad pada pertengahan abad kedelapan. Masa keemasan budaya dan perdagangan Islam mencapai puncaknya pada pemerintahan Harun al-Rasyid dan putranya, Abdullah alMa'mun. Prosa Arab mulai mengambil tempat di

samping puisi.

Prosa Arab pada waktu itu banyak dikembangkan oleh Abu Utsman Umar bin Bahr al-Jahiz (776-869 M), cucu seorang budak kulit hitam yang mendapatkan pendidikan di Basra, Irak. Al-Jahiz menulis kitab al-Hayawan, antologi anekdot binatang yang mewakili perpaduan antara fakta dan fiksi.

Periode Setelah Abbassiyah

Sastra berbentuk kisah tak lagi ditulis dengan puisi, prosa, dan maqamat, tetapi sejarah. Menjelang akhir abad kesembilan, sejarah mulai membentuk sastra belled-lettres(sastra kesopanan). Saat data tentang wilayah Abbasiyah disampaikan dalam bentuk sastra yang dipadukan dengan penulisan geografis dan pengamatan para pelancong.

Idrisi, pada abad ke-12 M, ditugaskan untuk menyusun kitab Rogeruntuk Raja Norman Palermo, dengan peta-peta yang me nyertainya. Yaqut, yang wafat pada 1229, menulis kamus geografis yang be sar dan dikumpulkan dari banyak sumber. Penulisan sejarah Arab umumnya ditandai dengan akurasi.

Sejarawan modern muncul dengan sumber material yang paling akurat dan komprehensif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement