Kamis 10 Aug 2017 21:00 WIB

Mihrab, Bagian Terpenting Masjid Sultan Ahmed

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
 Umat Islam shalat tarawih pertama di masjid Sultan Ahmed atau yang lebih dikenal dengan masjid Biru di Istanbul, Turki, Rabu (17/6).  (AP/Emrah Gurel)
Umat Islam shalat tarawih pertama di masjid Sultan Ahmed atau yang lebih dikenal dengan masjid Biru di Istanbul, Turki, Rabu (17/6). (AP/Emrah Gurel)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Sultan Ahmed menggunakan lebih dari 20 ribu lebih keramik buatan tangan yang dibuat di Iznik (Nicaea kuno) dengan lebih dari 50 gambar bu nga tulip yang berbeda.

Lantai dasar didesain tradisional. Sementara di area galeri, desain tegel lantainya cenderung flamboyan dengan motif bunga, buah, dan tumbuhan hijau. Tegel-tegel itu dibuat di bawah pengawasan para ahli dari Iznik.

Interior bagian atas didominasi ornamen warna biru. Lebih dari 200 jendela dihiasi kaca berwarna dengan desain yang memungkinkan cahaya matahari masuk. Jendela-jendela besar memberi kesan luas pada ruang dalam masjid. Hari ini, penerangan di bagian dalam dibantu pula dengan lilin.

Interior masjid juga dihiasi kaligrafi Alquran. Banyak di antara kaligrafi-kaligrafi itu merupakan karya Seyyid Kasim Gubari yang terkenal sebagai seniman kaligrafi hebat di zamannya.

Kubah utama memiliki 28 jendela. Empat di antaranya tertutup. Kaca berwarna pada jen dela merupakan hadiah untuk sultan dari Se renissima Signoria (Signoria of Venice), lem baga tertinggi Pemerintah Venesia.

Bagian terpenting dari interior masjid adalah mihrab. Mihrab Masjid Sultan Ahmed yang kini dikenal sebagai Masjid Biru itu terbuat dari marmer yang dipahat dengan relung berstalaktit dan memiliki banyak jendela. Dindingnya dilapisi tegel keramik.

Di sisi kanan mihrab terdapat mimbar, tempat imam berkhutbah sebelum shalat Jumat atau saat hari raya. Dari sana, jamaah bisa menyimak ceramah dari imam.

Sementara itu, pertokoan lingkungan kerajaan berada di pojok tenggara masjid, ber dam pingan dengan beberapa ruangan lain. Area ini memberi akses ke ruang peristirahatan ke luarga kerajaan di atas ruang galeri tenggara. Ruangan tersebut menjadi kantor penasihat raja pada masa pemberontakan Korps Janissary pada 1826.

Ada pula sekolah dasar (Sibyan Mektebi) yang menggunakan ruang pusat informasi mas jid. Ruangan ini memiliki teras yang menjorok menghadap Hagia Sophia. Di sanalah para pengunjung masjid mendapat penjelasan tentang masjid dan Islam secara umum.

Masjid Biru adalah satu dari tiga masjid di Turki yang memiliki enam menara selain Masjid Sabanci di Adana dan Masjid Hz Mikdat di Mer sin. Konon, enam menara itu dibangun akibat sang arsitek salah mendengar instruksi yang seharusnya altin minareler (menara emas) menjadi alti minare (enam menara).

Empat dari enam menara Masjid Biru di bangun di tiap sudut bangunan masjid. Setiap menara berbentuk seperti pensil dengan tiga balkon yang berhias ornamen berstalaktit. Mua zin harus mendaki tangga melingkar di bagian dalam menara saat hendak menguman dangkan azan.

Paus Benediktus XVI sempat mengunjungi Masjid Biru pada 30 November 2006. Ini merupakan kunjungan kedua ke tempat ibadah umat Islam dalam sejarah kepausan. Setelah me lepas alas kakinya, Paus Benediktus me nutup mata dan hening selama dua menit. Ia berdiri di masjid itu bersama Mufti Istanbul Mustafa Cagrici dan Imam Masjid Biru Emrullah Hatipoglu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement